Terkadang, yang
membuat sedih ketika gagal itu, bukan semata kegagalan itu sendiri. Toh aku
mengerti bahwa ketika mencoba, kemungkinannya cuma dua, sukses atau gagal. Apa
salahnya gagal?
Namun, reaksi
orang-orang ketika kita gagal itu terkadang lebih membuat sedih.
"Hah? Gak
lulus? Masak?"
"Gak lulus? Jangan bercanda lah."
"Gak lulus? Coba liat lagiiii, manatau namamu keselip."
"Gak lulus? Jangan bercanda lah."
"Gak lulus? Coba liat lagiiii, manatau namamu keselip."
Seolah-olah aku
tidak boleh gagal ketika mencoba.
Pengalaman-pengalaman
itu yang membuatku untuk memilih diam dan cenderung menutup-nutupi fakta bahwa
aku mendaftar beasiswa ini. Hanya segelintir orang yang mengetahuinya.
Namun, aku juga
sadar, seiring berjalannya waktu, informasi in akan diketahui banyak orang.
Bagaimanapun cara aku menyembunyikannya.
Ketika informasi
sudah menyebar, dan pengumuman akhir belum keluar, aku harus siap dengan
pertanyaan :
Well, itu tidak
buruk.
Hanya saja,
terkadang aku takut atas ekspektasi orang-orang yang terlalu tinggi,
terhadapku. Aku bahkan tidak punya ekspektasi setinggi itu terhadap beasiswa
ini. Aku memaksimalkan usaha serta doa, dan meminimalkan harapan. Meski itu
terdengar tidak mungkin.
Aku berusahan untuk
pasrah, menyerahkan segalanya pada Allah.
Ketika aku terlihat
sudah lelah menunggu dan lelah dengan pertanyaan
"Gimana? Udah
dapat kabar?"
Salah satu dosenku berkata:
Salah satu dosenku berkata:
"Good things
come to those who wait."
Itu bukan kata-kata
baru untukku, aku sudah pernah membacanya beberapa kali, dan bahkan aku tempel
di kamarku.
Tapi, aku tidak
pernah terpikir akan kata-kata itu selama ini.
Selang beberapa hari
setelah itu, kabar itupun datang.
Mimpiku sedikit
terlihat lebih jelas dari sini.
Aku terpilih menjadi
finalis beasiswa ini.
05 Mei, 2016 00.18 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar