random rant: kulit gelap gak perlu takut matahari

Jadi beberapa hari yang lalu aku upload foto tanganku yang berhasil aku ratakan warna kulitnya, dari yang awalnya belang karena bawa motor. Terus ada yang ngomen "udah gelap aja pun, ngapain takut matahari."

Sigh

Dari situlah aku mau buat tulisan yang lebih kelihatan sebagai omelan ini. Aku juga pernah, dan sering dapat komen-komen gak enak karena warna kulitku yang cenderung gelap ini. Dari yang 

"Ngapain pake ini itu, tetap itam juga nya." 

"Dirawatlah mukanya biar agak putih."

sampe kalo aku dekatin anak bayi yang kulitnya putih, akan selalu ada yang ngomen 

"Awas jangan dekat-dekat, nanti nempel itemnya."

Ya ya, emang selalu ada yang bakal bilang "Yaampun, itu kan cuma bercanda."

Heck. Gak bisa dinaikin dikit standar becandaanmu itu? Kita gak pernah tahu sejauh apa candaan yang gak pantas kayak gitu bakal ngefek di orang yang dibencadain. Dulu, aku sempat terpengaruh sama omongan-omongan kayak gitu. Apalagi kalo datangnya dari orang terdekat; keluarga atau teman. Aku pernah ngerasa bahwa warna kulitku ini adalah a shame. Aku pernah mematut diri di cermin dan berharap kulitku bisa lebih cerah. Aku pernah enggan menaruh lenganku diatas meja saat makan bersama  orang lain hanya karena aku tahu bahwa warna kulit lenganku kontras dengan mereka. Ya, aku pernah jadi manusia tidak bersyukur macam itu. 

Lalu aku memilih untuk menjauhi orang-orang dengan selera bercanda menyakitkan itu. Aku mulai banyak bertemu orang-orang yang kata-katanya lebih positif, yang tidak mudah mengomentari fisik orang-orang. Lalu cara pandangku sedikit demi sedikit berubah. Aku sudah mulai berpikir bahwa tidak apa-apa punya kulit dengan shade ini, aku mulai tidak melirik produk-produk pemutih kulit, dan yang cukup sulit, mengabaikan perkataan orang lain. 

Gak ada yang salah dengan kulit yang lebih gelap, membosankan gak sih kalau kulit orang terang semua? Skincare-skincare yang kupakai itu tidak bertujuan untuk membuat kulitku putih, itu untuk menjaga kesehatan kulit. Dan meski kulitku gelap, bukan berarti aku tidak perlu takut dengan matahari. Kulitku bisa perih dan rusak juga kalau tidak dilindungi dari jahatnya sinar uv itu. 


Banyak sekali hal yang ingin kuungkapkan padamu tapi lisanku mungkin tidak mampu membuatmu mengerti. Menuliskannya adalah salah satu caraku bertahan, caraku menyemangati diriku. Mungkin jika kelak kau kembali kesini, membaca tulisan-tulisan ini, kau bisa paham; aku masih amat sangat mencintaimu. 
Untuk hal-hal yang kita inginkan tapi masih belum dikasih Allah, coba kita lihat orang-orang di sekitar kita yang perjuangan mereka untuk hidup jauh lebih berat dari kita, tapi mereka tetap bertahan dan berjuang tanpa henti. 

Semoga itu bisa buat kita lebih bersyukur dan semangat. 

Aku sudah pernah merasakan kehilangan yang begitu luar biasa dalam hidup ini, ditinggalkan selamanya oleh seseorang yang sangat kucintai. Sembilan tahun mungkin sudah terlalu lama untukku sehingga aku hampir lupa bagaimana kosong dan hening paling sepi yang kurasa saat itu.

Terima kasih sudah pernah singgah dan mengingatkanku kembali, bahwa tidak ada yang benar-benar tinggal selamanya. 

Juli, 2018
Juli, 2017

Aku terkadang takut ketika melihat kamu marah, kamu tidak marah seperti orang-orang lain marah; berbicara keras dan kadang membentak. Kamu hanya cukup diam dengan pandangan yang sungguh tidak mengenakkan untuk ditatap. 

Tapi bagaimanapun, aku akan memilih tetap menerima marahmu, daripada tidak bisa menatap matamu lagi. Aku suka sekali matamu. 

September, 2017

Aku sulit sekali mengerti jalan pikiranmu ketika kamu cemburu, bahkan terkadang aku tidak menyukai caramu menunjukkan rasa cemburumu itu. Itu menyakitiku, juga. Bukankah sudah kubilang berkali-kali, tidak ada yang lain. Cuma kamu. 

Tapi, sesulit apapun rasanya menghadapimu, setidak suka apapun aku dengan sisi dirimu yang ini, aku akan tetap memilihmu, memilih rasa cemburumu itu, aku akan bertahan dengan semua itu. Lebih baik daripada tidak bisa disayangi olehmu lagi. 

"Most people don't want to hear this, but real relationships that last involve a lot of forgiveness. You have to accept the fact that your partner isn't perfect & will hurt you. You have to figure out if you're willing to go through ups & downs with them."

Terbiasa

Ini bukan tentang siapa yang lebih terluka, aku tahu kita sama-sama sedih atas apa yang telah terjadi. Juga bukan tentang siapa yang memberi keputusan dan siapa yang menerima. Bukan tentang itu. 

Ini tentang bagaimana kita akhirnya harus berjalan sendiri-sendiri, tanpa tahu apakah kita saling mendekati atau menjauhi. Ini tentang bagaimana aku ingin tetap membersamaimu dalam keadaan apapun dan kau ingin menenangkan dirimu sendiri. Ini tentang aku yang merasa harus  mulai mencoba menjalani semua ini tanpamu, mencoba untuk membiasakan diriku tanpamu. 

Mengobati Luka (3)

"Don't forget to eat a whole stack of Oreo!"

"I wish I could have that much appetite to swallow my favorite food."

"I've never had any experience with heartbreak before, and I know being okay is the last thing you can do. I just wanna simply say that whatever it is, it'll pass. If possible, don't deny the feeling. Cry out loud if that makes you feel better, listen to all heartbreaking songs out there over and over again until it doesn't hurt anymore, then take a long breathe, exhale all the disappointment. I promise it'll pass."

"I'm feeling okay right now. But I hope I'm not forcing myself. I hope I'm really okay."

"Like the poem said, it's not about being okay. It's okay not to be okay. Maybe one day, you'll thank God for this sadness, we never know. Maybe you'll appreciate every moment after this storm, we never know. I just hope you're not taking any blame for any of it."

Mengobati Luka (2)

"Sabar. Aku tahu rasanya ada di posisi seperti itu. Cepat-cepatlah sembuh, biar kita gak tertinggal sama yang lain. Aku yakin kamu bijak, bisa menaruh sedih pada tempatnya. Coba menata suasana dengan pergi ke tempat lain. Sendirian. Dan melakukan sholat lebih tepat waktu serta ditambah sholat yang lainnya. Rasanya aman sekali."

"Mungkin sekarang rasa sedihku adalah karena aku sedikit menyesal tidak mencoba mengubah sifat burukku lebih awal, aku seharusnya berjuang lebih kuat. Aku bertujuan untuk serius dengannya, karena itu aku menunjukkan sifat asliku, yang mungkin tidak kutunjukkan ke orang lain. Besar sekali harapku bahwa dia akan menerimaku."

"Pilihan kamu untuk jujur dan menunjukkan apa adanya sudah yang terbaik menurutku, kalau kita sudah jujur dan dia tidak bisa terima, ya sudah. Kita sudah coba perbaiki tapi dia nyerah berarti dia nggak mau bekerja sama dalam urusan mencintai. Cinta adalah pekerjaan yang harus dilakukan dua orang. Kalau toh dia memang cinta betul, dia pasti gak akan nyerah."

"....."

"Aku mengerti, kamu pasti sedih sekali. Kamu nangis aja dulu sendirian, nangis yang puas. Nanti selesai itu luangkan waktu buat diri kamu. Dengar lagu kesukaan, lakukan hal yang kamu suka, yang bisa buat kamu bahagia, Pergi ke tempat baru, coba menata hati lagi. Eh tapi catatan dariku yang sudah pernah merasakan patah hati, aku sudah mengunjungi banyak tempat dari kota sampai pelosok, tapi kadang masih keingat. Sampai pada akhirnya aku memilih untuk benar-benar sembuh baru bisa ikhlas. 
Semangat ya. "

Mengobati Luka (1)

"How to survive after a breakup?"

"Pergi kemanapun yang kau mau. Mungkin akan ada banyak hal yang gak mudah untuk dilalui, tapi, pegang mantra ini: sesedih apapun kita hari ini, semuanya pasti bakal berlalu dan berganti jadi kebahagiaan baru. Dan kesedihan hari ini adalah penguat bagi kita di masa depan."

"Aku pengen bisa nangis, bisa marah, bisa nyalahin keadaan, tapi sekarang aku gak bisa ngerasain apa-apa."

"Mungkin bener kata orang-orang, saat kita mencintai seseorang terlalu dalam, ketika dia pergi, separuh dari diri kita ikut pergi sama dia. Mungkin itu yang dinamakan capek hati. Gapapa, gak usah dipaksain, gausah dilawan.. Hang in there, kau pasti bisa melewatinya. Kau gak boleh nyerah terhadap keadaan apapun."

"kelak kau kan mejalani hidupmu sendiri, 
melukai kenangan yang tlah kita lalui
yang tersisa hanya aku sendiri di sini
kau akan terbang jauh menembus awan
memulai kisah baru tanpa diriku 

seandainya kau tau, ku tak ingin kau pergi
meninggalkan ku sendiri di sini bersama bayanganmu"

Seandainya - Vierra

 How do you write a love letter to a place? To a time? To bittersweetness?