Harapan yang kau sudah menyerah terhadapnya, beri saja kepadaku.
Akan kusimpan. 
Jika kelak kita ditakdirkan bersama, mau kan kau memperjuangkannya kembali?
Tentu saja bersamaku.

Yang Masih Tidak Dimengerti

Apa guna mempersulit masalah yang seharusnya bisa diselesaikan dengan cara yang sederhana?

Apa guna mencari-cari kesalahan orang lain untuk kemudian menjatuhkannya?

Untuk apa menjatuhkan orang lain lalu kemudian membantunya hanya untuk memberikan persepsi bahwa kita hebat, bahwa kita bisa menolongnya sekaligus menjatuhkannya?

Untuk apa berheboh-heboh saat seseorang membuat kesalahan padahal diri sendiri masih belum bisa menjaga diri dari kesalahan yang serupa? Atau, setidaknya dulu kita pernah seperti itu.

Untuk apa sibuk berdebat hal yang tidak penting sementara (lagi) ada cara yang sederhana; sepakat?

Untuk apa menghabiskan waktu untuk hal yang tidak disukai, sementara waktu tidak mungkin kembali?
sekali lagi, untuk apa? 
Tidak semua yang kubahasakan disini adalah pengalamanku.
Tidak semua juga keinginanku.
Aku hanya membahasakan apa yang sedang terpikir olehku.

Tidak setiap aku menulis rindu lantas aku memang merindukan seseorang.
Tidak setiap aku menulis cerita lantas itu harapanku.
Aku hanya menulis untuk membahasakan apa yang terlintas di pikiranku.

 How do you write a love letter to a place? To a time? To bittersweetness?