Akhirnya! Aku dikasi pake softlens!! Sebenarnya gak dikasih sih, aku agak cekel (minjam istilah si alay Rio) aku beli softlens nya diem-diem, pas udah kupake, baru deh aku kasih tau mama. Dan mama awalnya gak komen apa-apa, karena udah kebeli ya mau gimana lagi yakan weee. hekekeke. Tapi sekarang udah dikasih kok. Aku risih pake kacamata, kalo kemaren-kemaren sih masih fine ni mataku tanpa kacamata, tapi akhir-akhir ini aku pernah salah nyetop angkot gara-gara gak nampak. Haaaaah. Padahal gak parah-parah banget mataku, dan itu cuma min, bukan silindris. (apasih.... sebenarnya aku juga gak ngerti mana yang lebih parah silindris apa min-__-, sotoy ni.)
Nah, jadi kan weeh, aku udah terang niiii!! Terang nengok nya, gaperlu pake kacamata lagi. Yeeeeee!!!
Awal-awal pake softlens, risih sih, kayak ada yang nyangkut gitu di mata. Itu cuma sehari aja tapi ya. Setelahnya udah nyaman. Over all, aku nyaman pake banget dengan softlens. Walaupun ribet emang masangnya. Dan baru tadi aku ngerasain ada bulu mata masuk ke mataku, rasanyaaaaa uwiiiih weee, sakit. Macam ditusuk-tusuk. Gak pernah nya aku kalo bulu mata rontok dan masuk mata sampe sesakit ini, dan ternyata kata si Latifa yang udah lama pake softlens emang gitu. Malah kalo masuk abu, tinggal kedip-kedip aja, perihnya hilang, tapi pas bulu mata yang masuk, harus cepet-cepet dikeluarin, atau kalau nggak copot aja softlens nya.. Ribet sih, but I love it!!!

Secuil Kisah Dahsyat dari Kunjungan Habibie ke Garuda

Kunjungan BJ Habibie ke Kantor Manajemen Garuda Indonesia
Garuda City Complex, Bandara Soekarno-Hatta
12 Januari 2012
Pada usianya 74 tahun, mantan Presiden RI, BJ Habibie secara mendadak mengunjungi fasilitas Garuda Indonesia didampingi oleh putra sulung, Ilham Habibie dan keponakannya, Adri Subono, juragan Java Musikindo.
Kunjungan beliau dan rombongan disambut oleh President & CEO, Bapak Emirsyah Satar disertai seluruh Direksi dan para VP serta Area Manager yang sedang berada di Jakarta.
Dalam kunjungan ini, diputar video mengenai Garuda Indonesia Experience dan presentasi perjalanan kinerja Garuda Indonesia sejak tahun 2005 hingga tahun 2015 menuju Quantum Leap.
Sebagai “balasan” pak Habibie memutarkan video tentang penerbangan perdana N250 di landasan bandara Husein Sastranegara, IPTN Bandung tahun 1995 (tujuh belas tahun yang lalu!).
Entah, apa pasalnya dengan memutar video ini?

Sang Pemimpi

Sepertinya, aku sudah menemukan puing-puing semangat yang kemarin sempat terserak.
I'm happy knowing that, mereka juga ternyata masih sang pemimpi yang aku kenal dulu.

Aina, Dinda, Dina, Indah, Irna, Indrit apakabar?
Semoga Allah selalu melindungi langkah kita.
Aku senang dan bersyukur pernah kenal dan bareng kalian.
Kita semua, walaupun terpisah jarak -dan bahkan waktu, tapi tetap satu jalan. Jalan ke impian kita.
Bahkan sudah ada yang sedang menjalani mimpinya di Amerika. We proud of you, Ndah.
Buat calon applier Monbusho, good luck. Berjuang. Semoga berhasil.
Begitu juga buat yang punya keinginan lain.
Buat para scholarships hunter.
Mungkin jalan kita gak akan semulus yang kita bayangkan.

"Be strong."

Itu kan kata yang pernah kita kenal dari novel yang dulu pernah kita baca.
Sedekat apapun kita pada impian, kalau memang belum waktunya, ya gak akan dapat.
Sebaliknya, sejauh apapun mimpi kita, sesulit apapun kita rasa jalan yang akan ditempuh, atau bahkan kita tidak tahu jalan menuju kesana, jika Allah menghendaki, everything is possible.

Tetap berusaha ya teman-teman, tetap berdoa, tetap tawakkal. Mungkin impian kita akan datang dengan cara yang tidak pernah kita duga.

Ya Rabb, pertemukan kami lagi suatu saat nanti. Entah di Trafalgar Square-seperti sahibul menara, atau dimanapun yang dulu sempat kami impikan. Jaga mereka, jaga kami, peluk mimpi-mimpi kami...

With love,
Teman kalian yang pernah jadi atlit tenis meja paling kece,

Winni-

That's why I love rain muchly.

Setiap orang punya indikator kenyamanan masing-masing. Tidak mudah mencapai indikator tersebut apalagi jika berada di tempat yang baru. Terlebih jika sudah mendapatkan kenyamanan, tapi tiba-tiba itu semua diambil. Gak ada yang abadi kan?
Hanya saja, sekarang ini sulit untuk mendapat tempat nyaman bagiku..

5 Negara Maju yang Tidak Ada Ujian Akhir Nasional (UAN)

Setiap tahunnya di Indonesia pada sibuk Ujian Nasional. Untuk Apakah Ujian Nasional Sebetulnya? Apakah UN mutlak diperlukan? Berikut negara – negara maju yang ternyata tidak menerapkan ujian nasional pada sistem pendidikannya…
1. Finlandia 


Finlandia sebagai negara dengan system pendidikan termaju di dunia tidak mengenal yang namanya Ujian Nasional. Evaluasi mutu pendidikan sepenuhnya dipercayakan kepada para guru sehingga negara berkewajiban melatih dan mendidik guru guru agar bisa melaksanakan evaluasi yang berkualitas. Setiap akhir semester siswa menerima laporan pendidikan berdasarkan evaluasi yang sifatnya personal dengan tidak membandingkan atau melabel para siswa dengan peringkat juara seperti yang telah menjadi tradisi pendidikan kita. Mereka sangat meyakini bahwa setiap individu adalah unik dan memiliki kemampuan yang berbeda beda.
Di Finlandia profesi guru adalah profesi yang paling terhormat. Dokter justru berada dibawah peringkat guru.

2. Amerika 


Amerika yang terdiri dari banyak negara bagian ternyata tidak pernah menyelenggarakan UN atau ujian negara secara nasional.
Walaupun ada ujian yang diselenggarakan oleh masing-masing state (negara bagian), namun tidak semua sekolah diwajibkan mengikuti ujian negara bagian. Tiap negara bagian juga mempunyai materi ujian-masing masing.
Sekolah-sekolah tetap boleh menyelenggarakan ujian sendiri dan menentukan kelulusannya sendiri..
Semua lulusan, baik lulusan yang disenggarakan oleh sekolahnya sendiri atau lulus ujian yang diselenggarakan negara bagian, tetap boleh mengikuti ujian mauk ke college ataupun universitas asal memenuhi persyaratan dan lulus tes masuk.
Logika pendidikan yang digunakan yaitu: Kualitas pendidikan ditentukan oleh individu masing-masing kelulusan. Walaupun Si A lulusan dari SMA pinggiran yang tidak terkenal, kalau dia lulus tes masuk ke Universitas Harvard, maka diapun akan diterima di universitas tersebut.Jadi masalah kualitas ditentukan oleh individu (individual quality).
Pakar pendidikan dari Columbia University, Linda Hammond (1994)
Berpendapat bahwa nasionalisasi ujian sekolah tidak bisa memberi kreativitas guru. Sekolah tidak bisa menciptakan strategi belajar sesuai dengan perbedaan kondisi sosial, ekonomi, budaya, serta kemajuan teknologi. Sistem pendidikan top down oriented, tak bisa menjawab masalah yang ada di daerah-daerah berbeda.

3. Jerman 


Jerman tidak mengenal ujian nasional. Kebijaksanaan yang diutamakan adalah membantu setiap peserta didik dapat berkembang secara optimal, yaitu dengan:
(1) menyediakan guru yang profesional, yang seluruh waktunya dicurahkan untuk menjadi
pendidik;
(2) menyediakan fasilitas sekolah yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan penuh kegembiraan dengan fasilitas olahraga dan ruang bermain yang memadai dan ruang kerja guru;
(3) menyediakan media pembelajaran yang kaya, yang memungkinkan peserta didik dapat secara terus-menerus belajar melalui membaca buku wajib, buku rujukan, dan buku bacaan, (termasuk novel), serta kelengkapan laboratorium dan perpustakaan yang memungkinkan peserta didik belajar sampai tingkatan menikmati belajar;
(4) evaluasi yang terus-menerus, komprehensif dan obyektif.
Melalui model pembelajaran yang seperti inilah, yaitu peserta didik setiap saat dinilai tingkah lakunya,
kesungguhan belajarnya, hasil belajarnya, kemampuan intelektual, partisipasinya dalam belajar yang menjadikan sekolah di Jerman mampu menghasilkan rakyat yang beretos kerja tinggi, peduli mutu, dan gemar belajar.
Mereka setiap hari belajar selalu mendapat tugas dari semua mata pelajaran yang proses maupun hasilnya dinilai dan nilai-nilai ini memengaruhi nilai akhir semester dan seterusnya.

4. Kanada 


Di Kanada tidak ada Ujian Nasional karena dianggap tak bermanfaat untuk kemajuan pendidikan di negara iti. Untuk kontrol kualitas di Kanada terdapat penjaminan mutu pendidikan yang kontrolnya sangat kuat. Lembaga penjamin mutu ini benar-benar bekerja secara ketat dari pendidikan dasar hingga menengah. Sehinga murid yang akan masuk ke perguruan tinggi cukup dengan rapor terakhir.
Di Kanada, perguruan tinggi tidak sulit lagi untuk menerima murid darimana pun sekolahnya. Karena standar sekolah di sana sudah sesuai dengan standar perguruan tinggi yang akan dimasuki setiap lulusan sekolah.
Kebalikan dengan di Indonesia, perguruan tinggi banyak yang tidak percaya dengan lulusan sekolah menengah. Saling tidak percaya standar ini yang menyebabkan pemborosan keuangan negara karena harus menyelenggarakan UN dan ujian mandiri.

5. Australia 


Di Negara Australia ini, ujian nasional tidak dilaksanakan bahkan tidak dikenal sama sekali, melainkan ujian state. Ujian ini tidak menentukan lulus tidaknya para peserta didik, namun untuk menentukan kemana siswa tersebut akan melanjutkan pendidikan. Berapapun nilai yang didapatkan oleh siswa dari ujian tersebut tetap dinyatakan lulus. Nilai nol pun tetap dinyatakan lulus, namun kelulusan tersebut tidak ada gunanya. Berarti siswa tersebut akan sangat sulit untuk melanjutkan pendidikannya.

 (sumber : http://blog.umy.ac.id)
Terlalu banyak hal yang tidak ku mengerti di dunia.
Ada banyak hal juga yang tidak ku ketahui tentang mu.
Firasat ku, itu sesuatu yang akan membuat luka di hatiku.
Tunggu, aku tak ingin mengetahuinya.
Karena terkadang, suatu rahasia itu biarlah tetap menjadi rahasia.
A secret makes a woman woman (ah apalagi ini)

 How do you write a love letter to a place? To a time? To bittersweetness?