Kamu ada di setiap sudut kota ini. Tidak menyisakan ruang sedikitpun untukku berdiam di satu tempat tanpa membayangkan kita yang pernah disana. 
Lampu, ombak, kafe, jendela kaca, bahkan hal umum seperti hujan pun memaksaku me-reka ulang segala hal tentang tawa, tangis, pembicaraan, serta diam kita yang pernah terjadi di sana.

Untuk setiap ingatanku yang begitu tajam tentang ini, bolehkah aku mendengar janjimu terlebih dahulu, kamu tidak akan tiba-tiba meninggalkanku, sebelum aku mengajakmu ke tempat-tempat lainnya, nanti? 

Padang, 22 April 2018

 How do you write a love letter to a place? To a time? To bittersweetness?