MY COOL HOST FAMILY

Aku dapet orang tua asuh, YEAY!
Aku daftar program International Friends pas masa orientasi. Program ini akan mencocokkan mahasiswa internasional sama keluarga-keluarga yang mau ngasuh mereka. Aku gak bakalan tinggal sama orang tua asuh, aku tetep tinggal di asrama, tapi bakalan ketemu atau menghabiskan waktu bareng mereka during the weekends. Aku ketemu mereka pertama kali awal September kemarin. Mereka ngundang aku untuk dinner sekalian ada cooking class gitu. Host parents aku ini penggalang dana untuk salah satu panti asuhan di Afrika. Jadi mereka buat cooking class, dan ngundang teman-teman mereka dari gereja, atau dari community service yang mereka ikutin. Setelah masak, makan bareng-bareng. Yang diundang itu nanti bakal ngasih donasi. Setelah donasinya terkumpul berapaaa gitu aku lupa, baru dikirim ke Afrika. Kata host Mom ku, mereka lagi butuh banget uang, karena disana udah mulai masuk musim dingin, dan ada beberapa anak yang baru masuk panti asuhan itu. Jadi butuh uang untuk beli selimut dan baju hangat. Host Mom aku pernah ke Indonesia buat belajar batik selama 1 bulan, beliau juga udah beberapa kali bolak-balik ke Afrika buat jadi volunteer.

COOL-YAH

Jadi, perkuliahan dimulai tanggal 22 Agustus. Aku akhirnya ngambil 5 kelas, 12 SKS. Kelihatan dikit emang kalo dibandingin sama jumlah SKS yang biasa aku ambil di UNAND. But that's totally fine, aku kesini kan gak cuma buat belajar di kelas, I need to enjoy America as well.
Oh iya, aku gak jadi ambil kelas CAD, karena ternyata kelasnya itu off campus, I need to take taxi or bus to get there.
Gantinya, aku ambil Computer Numerical Control. It's quite similar, tho. Dari 5 kelas yang kuambil, 3 kelas berhubungan sama jurusanku, 2 kelas gak berhubungan sama jurusanku. Ini yang aku suka dari sistem perkuliahan disini, kita bisa ambil kelas yang gak ada di kurikulum jurusan. Terutama untuk exchange student yang cuma stay 1 atau 2 semester, cenderung untuk ngambil mata kuliah yang gak ada di negara-negaranya. Kayak misalnya mahasiswa internasional dari Korea, mereka kabanyakan ngambil kelas Tenis dan Ballroom Dance. Aku sempat kepikiran ngambil kelas piano, tapi aku mikirnya, kelas-kelas practical itu cuma untuk expert atau yang udah advance, tapiiiii, ternyata, ada kelas yang emang benar-benar basic, benar-benar belajar dari nol. Hiks. Hilang kesempatan ambil kelas yang aneh-aneh.
 photo 43.gif photo 43.gif photo 43.gif


FIRST WEEK

Yap! It's been a week. Time flies sooo fast.
Di hari pertama kemarin, aku dibantu banyak sekali sama Shanriya (mudah-mudahan namanya gak salah), dia ngantarin aku dan beberapa mahasiswa internasional yang baru nyampe, ke Walmart. YOHO! SHOPPING TIME!
 photo 80.gif photo 80.gif photo 80.gif
Aku sebenarnya gak tau apa yang mau kubeli. Aku udah bawa beberapa hal dari indonesia untuk bertahan hidup kurang lebih 2 minggu sampe sebulan LOL. Aku bahkan juga bawa selimut.
Tapi karena aku ngelihat list apa yang mau dibeli teman-temanku yang lain, aku pergi juga. Lumayan, jalan-jalan gratis. Walaupun mata udah 5 watt, pengen cepat-cepat tepar.
Aku butuh bantal, dan botol minum. Yap, karena disini, tempat refill ada dimana-mana. Dan of course aku gak bawa bantal dari Indonesia.
WALMART IS AMAZING!
Lengkap selengkap-lengkapnya.

LONG HAUL

Hai! Di tulisan sebelumnya, yang judulnya The Day, aku nulis gimana sedihnya aku pas mau berangkat. Tapi, sedih itu cuma sampe pintu ruang tunggu aja. Pas udah masuk ruang tunggu, semangatku langsung kembali.
Kenapa?
Karena di ruang tunggu itu BANYAK orang Korea! Aku serasa nonton drama korea live wkwk. Dari ruang tunggu, aku juga bisa liat pesawat Asiana Airlines yang bakalan ngebawa aku dan ratusan penumpang lainnya ke Bandara Incheon, di Seoul. Gak cuma itu aja, kira-kira setengah jam sebelum boarding, pramugari dan pramugara Asiana Airlnes masuk ke pesawat via ruang tunggu. Jadi mereka baris, terus jalan, geret-geret koper. KERENNNNNNNNN!!!!!
Mereka ngomong pake bahasa Korea (yaiyyyalaaah), serasa nengok SNSD di videoklip Genie.

PART 8 - THE DAY

Aku memandangi langit Jakarta yang mendung hari ini, dari sudut kamar hotel yang menghadap ke jendela besar.
Hujan. Mendung.
Disebelahku, kuletakkan dokumen-dokumen perjalanan seperti passport dan tiket.
Aku bergidik mengingat bahwa waktu cepat sekali berlalu.
Sepertinya, baru kemarin aku membaca e-mail undangan wawancara dari AMINEF, saat itu bahkan aku masih terlalu takut untuk menaruh harap pada beasiswa ini. Aku sudah hampir menyerah untuk memperjuangkan ceklis pada list "KELUAR NEGERI SEBELUM TAMAT S1".
Namun, Allah memang selalu punya rencana terbaik. Bahkan dengan cara yang tidak pernah terbayangkan.
It was months, then weeks, then days, and now, it's just hours before my departure.
Koperku masih berserak, aku belum mandi, belum beres-beres, jam sudah menunjukkan pukul 12.30.
Aku tidak tau apa yang salah, aku hanya merasa, sendu.

PART 7 - PERSIAPAN

Yeay!
Alhamdulillah, e-mail dari Washington DC kemaren buat bahagia. Tapi ini baru awal, karena sebelum  benar-benar memulai petualangan ini, ada segudang hal yang harus diurus.
Mulai dari tes kesehatan, berkas-berkas perjalanan seperti Visa, DS-2019, terus urusan di kampus seperti BSS, dokumen-dokumen untuk kampus di US. Oh iya, aku ditempatkan di Tennessee Tech University, Cookeville, Tennessee. 
Semuanya harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Ditambah lagi, aku KKN.
Tapi untungnya lokasi KKN ku di Solok, jadi aku bisa bolak-balik Padang-Solok kalau ada urusan mendadak.
Meski bisa bolak-balik, itu bukan menjadi pilihan. Aku memilih untuk mengurus semuanya secepat mungkin. Setelah selesai UAS dan praktikum dan segala urusan semester ini, aku langsung melengkapi medical form yang ribet bin riweuh. Aku hampir tiap hari ke rumah sakit selama 2 minggu untuk check up sana check up sini.
Aku bahkan hampir hapal setiap sudut rumah sakit M Djamil.  Gimana enggak, aku pernah nyasar ke bangunan tua yang lagi direnovasi dan bangsal kamar jenazah. Sendiri. Nyari klinik audiometri yang ngumpet dibalik ruang rawat inap bersama atau apalah itu namanya. Pokoknya, aku milik RSUP M Djamil selama 2 minggu ini.

PART 6 - Good Things Come to Those Who Wait


Terkadang, yang membuat sedih ketika gagal itu, bukan semata kegagalan itu sendiri. Toh aku mengerti bahwa ketika mencoba, kemungkinannya cuma dua, sukses atau gagal. Apa salahnya gagal?
Namun, reaksi orang-orang ketika kita gagal itu terkadang lebih membuat sedih.
"Hah? Gak lulus? Masak?"
"Gak lulus? Jangan bercanda lah."
"Gak lulus? Coba liat lagiiii, manatau namamu keselip."
Seolah-olah aku tidak boleh gagal ketika mencoba.

Pengalaman-pengalaman itu yang membuatku untuk memilih diam dan cenderung menutup-nutupi fakta bahwa aku mendaftar beasiswa ini. Hanya segelintir orang yang mengetahuinya.
Namun, aku juga sadar, seiring berjalannya waktu, informasi in akan diketahui banyak orang. Bagaimanapun cara aku menyembunyikannya.
Ketika informasi sudah menyebar, dan pengumuman akhir belum keluar, aku harus siap dengan pertanyaan :

PART 5 - TOEFL IBT

Jadi, setelah email pengumuman principal candidate kemaren, ada beberapa e-mail susulan. Aku bahagia nya cuma sehari aja kemaren, besoknya langsung was-was, karena aku baru sadar di ujung e-mail ada dibilang kalo itu baru keputusan dari local committee Indonesia, bukan dari komite pusat di Washington DC. Keputusan akhir aku jadi dapet beasiswanya apa enggak itu tergantung sama TOEFL IBT juga katanya.
Walah.
Dari sekarang, aku punya waktu 1 bulan untuk mempersiapkan semuanya. Aku pun mulai mencari sources yang berkaitan dengan tes ini. Aku mulai memenuhi memo di laptop ku dengan jadwal latihan harian. Tapi, jadwal hanya tinggal jadwal. Aku gak pernah punya waktu untuk matuhin jadwal tersebut. Kelihatannya mungkin aku terlalu melebaykan praktikum ini, sedikit-sedikit yang disalahkan praktikum. But, itu kenyataannya. Waktu sama tenaga ku habis untuk buat laporan, untuk nunggu asisten. Aku boleh flashback dulu lah ya ke beberapa waktu yang lalu, jadi ceritanya aku belum makan apapun dari kemaren sore, dan aku ada sedikit waktu kosong jam 12 siang hari itu di kampus, aku pun memutuskan untuk makan. Aku memesan makanan yang berkuah dan panas. Saat makanan itu baru datang, partner praktikum ku langsung bilang: WIN, KE LAB SEKARANG, ASISTEN KITA BILANG ASISTENSI SEKARANG. NANTI JAM 2 DIA GAK BISA.
Oh, meeeen, aku baru mau nikmatin makanan pertamaku selama beberapa jam terakhir ini. Gak peduli, aku lanjutin aja makan, pelan-pelan. Tapi partner ku ini nelpon-nelpon dan itu bikin aku gak tenang. Jadilah aku makan buru-buru, itu kuah panas-panas aku telen. Lidahku sampai mati rasa. 20 menit kemudian, aku lari-lari dari dari kantin ke jurusan. Masih dengan lidah yang mati rasa. Dan kalian tahu, sesampainya di depan lab, partnerku bilang: Kok lama kali, Win. Tadi asisten kita bisa asistensi, sekarang udah gak bisa.
SIAL. SIAL. SIAL.
Ya, begitulah. Itu cuma contoh kecil dari ribuan hal-hal gak profesional antara praktikan dan asisten. Siapa yang salah? Entahalah, aku cuma berharap, suatu hari nanti ada kekuasaan dan kekuatan yang bisa merubah sistem yang sepertinya sudah mengakar ini. Kenapa aku bilang mengakar, karena sedikit sekali peluang bagi orang-orang yang masih murni hati dan pikirannya, dan melamar jadi asisten, dan diterima, untuk mengubah sistem di lab-lab itu. Kebanyakan orang-orang yang seperti itu akan terbawa arus, tergerus pemikirannya, atau kalau masih kukuh dengan pendirian, ya jadi minoritas.

PART 4 - Secercah Harapan

Sudah lebih 2 minggu sejak interview UGRAD di Jakarta. Aku sedang menjalani hari-hari sibuk praktikum. Emang gak ada duanya praktikum TLFP ini, bikin sibuk-sibuk gak menentu. Ya lumayan kalau ilmu yang didapat banyak, ini yang banyak capek dan dongkol nya aja. Malam tadi aku iseng-iseng googling tentang beasiswa UGRAD ini, blog walking di blog-blog alumninya. Mereka benar-benar keren. Aku jadi flashback ke tahun lalu, saat pertama kali aku tahu tentang beasiswa ini,  saat baca pengumuman tentang beasiswa ini, aku langsung berpikiran : ah, susah ini, gak mungkin ini. Ini cuma untuk yang aktivis-aktivis kampus itu ini. Percuma aja aku daftar. Yap, aku masih se-jahiliyah itu tahun lalu. Sekarang juga gak baik-baik kali sih, cuma ya lebih waras dikit. Dikit.
Tahun lalu, beasiswa ini benar-benar seperti diujung langit, tau gak ujung langit dimana? Jauh kan? Nah, seperti itu lah pandanganku. Sebegitu pesimisnya aku dahulu. Tapi tadi malam, aku memuhasabahi diriku, bahwa aku tidak sepantasnya punya nyali seciut itu, aku sebaiknya tidak meremehkan diriku sendiri, terlebih, aku tidak seharusnya seperti itu, seperti menjengkali kuasa Tuhan. Aku membuka-buka diariku, yang akhir-akhir ini isinya cuma umpatan: err, lelah praktikum. Duh, lebay nya jadi asisten. Halah, hebohnya. Dan sebagainya... Aku buka halaman paling akhir, aku tulis besar-besar:
I AM GOING TO USA NEXT SEMESTER.

PART 3 - Jakarta for The Very First Time

16 Februari 2016
PACKING SELESAI.
Pesawatku berangkat hari ini jam 13.00. Aku berencana untuk meliburkan diri dari kampus. Maksudku, aku tidak ingin ke kampus seharian. Aku ingin leyeh-leyeh di kosan sambil persiapin mental pertama kali nginjak JAWA! Hahaha!
Tentu saja itu gak mungkin. Meskipun aku cuma ada kelas jam 4 hari ini, I still need to be in campus at 7.30. Err! Ngapain? Apa lagi kalau bukan praktikum.
Setelah dibicarakan dengan asisten, akhirnya aku diizinkan untuk selesai pukul 9.30. Awalnya aku mau naik tranex atau damri aja, tapi ternyata ada temanku yang mau ngantar. Naik motor! Lol. Naik motor dari kampus sampe bandara. Tangguh kan. De namanya. Dia gak lebih tinggi dari aku, tapi lebih lincah bawa motor daripada aku. Hehe (maap, De ^^v).
Dan, aku sampai di bandara pukul 12 lewat. Karena sudah masuk waktu dzuhur, aku sholat terlebih dahulu sebelum check in. Temanku, Jo, yang juga interview ke Jakarta belum menunjukkan tanda-tanda kehadirannya di bandara.

Setelah sampai di ruang tunggu, aku menghubungi Larisa, memberi kabar bahwa aku akan berangkat. Dia akan mengarahkanku ketika sampai di Jakarta nanti. Naik ini kesini, dari sini naik ini, sampai sini, seperti itulah. Menurut estimasi dia, aku bakalan sampai di rumah dia malam. Mulai lah aku takut lagi.
Jo datang. Aku tanya dia nginap dimana, katanya di penginapan dekat lokasi interview. Aku tanya berapa harganya, diluar perkiraan, ternyata gak begitu mahal. Masih dibawah uang yang dikasih AMINEF untuk penginapan. Wah, boljug. Boleh juga. Dari penginapan itu, katanya kami bisa jalan sekitar 10-15 menit ke tempat interview. Aku minta tolong dia untuk reservasi online, tapi, penginapannya udah penuh. Hiks.

PART 2- 10 Panggilan Tak Terjawab

Kelas hari ini baru mulai, tapi dosen kami sudah keluar lagi dari kelas. Meninggalkan mahasiswanya kembali tenggelam dengan bahagia masing-masing (baca: main hape, baca majalah, transfer informasi a.k.a nggosip, dan tidur).
Aku sedang tidak mood ngapa-ngapain, bahkan tidur sekalipun. Padahal aku cuma tidur 2 jam tadi malam.
Kukeluarkan gadget,  sambung wifi, scroll instagram. Bosan. Ketika ada yang menyebut namaku dari tempat dimana tasku berada.
"Win, hp bunyi."
Aku bergegas mengecek HP ku yang satu lagi di tas.
10 panggilan tidak terjawab: Mamak.
Biasanya mamak nelpon sampe sebanyak ini kalau aku gak bisa dihubungin sampe maghrib. Tapi ini baru siang. Dan tadi pagi aku udah nelpon.
Ternyata, Mamak bawa kabar baik.
Mamak bilang
"Kak, kakak daftar apa itu? Katanya kakak mau di interview ke Jakarta. Coba kakak buka e-mail kakak."
"HAH?? MASAK MAAAK?" SERIUS MAK?"
"Iya, bukalah e-mail kakak. Mama kurang jelas juga tadi, suara mbak-mbaknya kecil kali."

PART 1- KETIDURAN DAN APLIKASI YANG TERTUNDA-TUNDA

Memang sudah hobiku sepertinya untuk menunda-nunda pekerjaan sampai ke deadlinenya.
Padahal aku punya waktu sebulan lebih untuk menulis dan memikirkan esay ini. Tapi, apalah daya aku yang masih kalah sama kemalasank.
Jadi, aku berencana untuk daftar UGRAD tahun ini, UGRAD itu beasiswa exchange 1 semester di universitas-universitas di US. Pendaftarannya biasanya dibuka di akhir tahun, dan untuk tahun akademik 2016/2017, udah dibuka dari November 2015. Persyaratannya gak banyak tapi juga gak sedikit, sedang lah. Karena aku tau aku ini penunda-nunda dan kuliah di teknik itu banyak sesuatu yang tak terduga, aku bertekad untuk memulai nya secepat mungkin. Aku mulai menghubungi dosen-dosen yang sepertinya bisa menulis surat rekomendasi untukku, aku mulai mengurus transkrip bahasa inggris. Mengurus transkrip bahasa inggris itu sebenarnya gampang, tinggal datang ke rektorat, bilang, dan bayar. Tapi aku gak mau yang bayar-bayar, karena biasanya yang itu untuk mahasiswa-mahasiswa yang udah wisuda. Aku membujuk bapak-bapak TU untuk mau membuatkan transkrip bahasa inggris untukku, gak mudah memang, tapi seminggu kemudian aku dapat transkripnya, yeay!
Aku kemudian menghubungi salah satu dosen di jurusanku, Ibu Lusi, yang lumayan kenal kayaknya samaku. Ibu Lusi bersedia untuk menuliskan surat rekomendasi.
Aku juga menghubungi Miss Ola, director American Corner yang juga dosen jurusan Hubungan Internasional, untuk menuliskan surat rekomendasi, dibutuhkan 2 surat rekomendasi. 
Aku tinggal menunggu.
Sebenarnya, deadline aplikasi ini 1 Januari, tapi, aku akan balik ke Medan akhir Desember untuk magang. Jadi semua yang berhubungan dengan dokumen harus rampung.

 How do you write a love letter to a place? To a time? To bittersweetness?