PART 5 - TOEFL IBT

Jadi, setelah email pengumuman principal candidate kemaren, ada beberapa e-mail susulan. Aku bahagia nya cuma sehari aja kemaren, besoknya langsung was-was, karena aku baru sadar di ujung e-mail ada dibilang kalo itu baru keputusan dari local committee Indonesia, bukan dari komite pusat di Washington DC. Keputusan akhir aku jadi dapet beasiswanya apa enggak itu tergantung sama TOEFL IBT juga katanya.
Walah.
Dari sekarang, aku punya waktu 1 bulan untuk mempersiapkan semuanya. Aku pun mulai mencari sources yang berkaitan dengan tes ini. Aku mulai memenuhi memo di laptop ku dengan jadwal latihan harian. Tapi, jadwal hanya tinggal jadwal. Aku gak pernah punya waktu untuk matuhin jadwal tersebut. Kelihatannya mungkin aku terlalu melebaykan praktikum ini, sedikit-sedikit yang disalahkan praktikum. But, itu kenyataannya. Waktu sama tenaga ku habis untuk buat laporan, untuk nunggu asisten. Aku boleh flashback dulu lah ya ke beberapa waktu yang lalu, jadi ceritanya aku belum makan apapun dari kemaren sore, dan aku ada sedikit waktu kosong jam 12 siang hari itu di kampus, aku pun memutuskan untuk makan. Aku memesan makanan yang berkuah dan panas. Saat makanan itu baru datang, partner praktikum ku langsung bilang: WIN, KE LAB SEKARANG, ASISTEN KITA BILANG ASISTENSI SEKARANG. NANTI JAM 2 DIA GAK BISA.
Oh, meeeen, aku baru mau nikmatin makanan pertamaku selama beberapa jam terakhir ini. Gak peduli, aku lanjutin aja makan, pelan-pelan. Tapi partner ku ini nelpon-nelpon dan itu bikin aku gak tenang. Jadilah aku makan buru-buru, itu kuah panas-panas aku telen. Lidahku sampai mati rasa. 20 menit kemudian, aku lari-lari dari dari kantin ke jurusan. Masih dengan lidah yang mati rasa. Dan kalian tahu, sesampainya di depan lab, partnerku bilang: Kok lama kali, Win. Tadi asisten kita bisa asistensi, sekarang udah gak bisa.
SIAL. SIAL. SIAL.
Ya, begitulah. Itu cuma contoh kecil dari ribuan hal-hal gak profesional antara praktikan dan asisten. Siapa yang salah? Entahalah, aku cuma berharap, suatu hari nanti ada kekuasaan dan kekuatan yang bisa merubah sistem yang sepertinya sudah mengakar ini. Kenapa aku bilang mengakar, karena sedikit sekali peluang bagi orang-orang yang masih murni hati dan pikirannya, dan melamar jadi asisten, dan diterima, untuk mengubah sistem di lab-lab itu. Kebanyakan orang-orang yang seperti itu akan terbawa arus, tergerus pemikirannya, atau kalau masih kukuh dengan pendirian, ya jadi minoritas.

Emang cuma titah kerajaan, eh maksudnya jurusan yang bisa mengubah sistem-sistem ini.
FUH, ini tulisan kok melenceng jauh dari judulnya. 
Jadi, ya seperti itu lah, persiapan TOEFL IBT ku kacau. Aku baru benar-benar serius seminggu sebelum waktu tesnya. Tapi, aku memang selalu memikirkan tentang tes ini. Setiap aku punya waktu luang walau cuma 5 menit, aku selalu search soal-soal IBT di Google dan get myself used to it.
Seminggu terakhir, aku benar-benar kebut. Aku menomorduakan praktikum dan menomorsatukan tes ini.
Untung saja, benar-benar untung saja, partnerku yang ini (bukan yang kuceritakan yang diatas tadi), benar-benar pengertian.
Makasi MANDAN :*

And here comes the day of the test. Aku ke Jakarta lagi yeay!
Kami diberi akomodasi gratis tis tis di hotel Alia Cikini. Wohooo. Tempat tesnya tidak terlalu jauh, sekitar 20 menitan dengan mobil. Jam 7 kami sudah selesai sarapan dan langsung menuju tempat tes. Tempat tesnya itu di lantai 17 kalo gak salah. Naik lift sampe puyeng -_-
Sebelum tes ada pengarahan singkat dari pengawasnya. Jangan berharap bisa lirik kanan kiri, walaupun tempatnya memungkinkan. Soalnya semua orang bakalan dapat soal yang sama dan mengerjakan di waktu yang hampir bersamaan. But, masing-masing orang diawasi 1 CCTV,  ketahuan curang, gagal.

Tes nya dibagi menjadi beberapa section, section pertama itu reading. As I thought, bahan bacaan nya itu tahapa-hapa. Bahasanya tingkat tinggi semua. Makin keujung soalnya makin susah-susah, ujung-ujungnya aku main tembak aja, jawab C semua. LOL. *jangan ditiru
Section kedua itu listening. Section paling sulit menurutku, karena harus berjuang dengerin dan nahan ngantuk. Yah, akhirnya aku ketiduran hampir 1 menit. Benar-benar gak sadar. Soalnya susah sekali :( Aku berusaha fokus, tapi gak bisa karena ngantuk berat. Jadi, yah, memang jalan terbaik adalah ketiduran sebentar. Setelah listening, ada break sekitar 15 menit. Setelah itu lanjut sesi speaking. Nah ini yang agak menantang, karena belum pernah dilakukan di tes-tes toefl sebelumnya. Ini khas nya IBT. Hal tersulit dalam bagian ini adalah fokus. Karena semua orang juga kebagian speaking section. Jadi semuanya berbicara. Masing-masing orang gak punya ruangan khusus, kami Cuma dibatasi sama headphone. Jadi, ya kalo dekat sama orang yang suaranya keras dan pas speaking suka gerak-gerakin tangan kayak lagi pidato 17 an, siap-siap lah keganggu fokusnya.
Kebetulan, didekatku gak ada yang kayak gitu. Tapi ada yang lebih mengganggu dari itu. Ada ibu-ibu. Iya, ibu-ibu. Dia lancar bahasa inggris dan kemampuan elaborasinya bagus niiiiaaaaan. Ibu ini duduk dibelakangku, jadi kami punggung-punggungan, meskipun suara ibunya gak keras, aku tetap bisa dengar ibunya berbicara bahasa inggris dengan lancar dan sangat fasih. Ini lumayan mengganggu dan such a mental breakdown.
Speaking dan Writing section pun selesai. Jangan ditanya aku optimis atau pesimis. Yang penting, aku bahagia ini sudah selesai. 

25-26 Maret, 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 How do you write a love letter to a place? To a time? To bittersweetness?