Tentang Hujan..

Tentang hujan, dan sebuah perasaan

Hujan selalu bisa mencampakkan pikiranku ke masa lalu
Hujan selalu bisa membawa anganku terbang menjauh
Mendekatimu

Hujan membawa semua asaku
Menebus batas yang tak pernah terpikirkan
Hujan membawa semua mimpiku
Mengalirkannya di dinding-dinding harapan

Hujan menghampiriku dengan satu rindu
Menyapa lembut pipiku dengan anginnya
Hujan menentramkan jiwaku dengan gemuruhnya
Hujan menyejukkan hatiku dengan dingin airnya

Hujan membuatku merasa
Tentang rindu yang tak pernah sampai
Tentang sayang yang terhalang waktu
Tentang cinta yang terbelenggu malu

Sajak tentang hujan
Yang menyejukkanku
Yang menemaniku
Yang meyakinkanku
Menyusuri jejak kenangan itu


*WSF 

Aku dan Lupita

Aku punya kawan, namanya Lupita. Lucu? Iya, itu namanya emang agak gimana gitu di Indonesia, itu nama-nama pemain telenovela. Lupita ini orang nya tiada suasana tanpa kekehan. --__-- Jadi malam ini, kami lagi bosan a.k.a gak ada kerjaan. Jadi lah kami chat di YM.
L    : Taon baru kemana kau win?
W  : Aku udah nyusun rencana brilian buat taun baru! Wkwkwkwk.
L   : Apa apa?
W : Disaat semua orang keluar rumah, dan meramai kan kota, aku akan membuat sebuah kegiatan yang akan menjadikan malam pergantian tahun menjadi tak terlupakan..Mau tau apa???  : T I D U R Zzzzzz
L  : Yak amplop metong (mati) kali aku liat kau. Udah siap kau nonton Dream High?
W : Udah dong, akhirnya Hye Mi sama Sam Dong kan, bukan Jin Gook. Agak kecewa sih, tapi aku sadar,  mungkin aku lah yang akan bersama Jin Gook kelak.
L   : Ish sumpah metong kali liat kau malam ini!!

 HUAKAKAKAKAKAKAKAKAKA =))

Anak Kecil....

Siang ini, aku berkumpul sama sepupu-sepupu ku. Aku yang paling tua disini, yang lain masih SD.
Pas lagi makan siang, aku gak makan, mereka aja yang makan. Aku duduk sama mereka, sambil ngelihatin mereka. Tiba-tiba Mama datang..
M : Kak, gak makan?
A  : Enggak ma, masih kenyang.
O  : Bude, kak fany lagi mikirin cowoknya itu.
A  : *kaget* *mata terbelalak* *mulut ternganga* (lebay)
Tau gak , si O itu sepupu aku, masih SD loh (aku gak tau pasti kelas berapa, kalo gak salah kelas 4) dan udah ngerti yang begituan. Emang tampang ku ini tampang orang-orang galau apa hah? -..-

H O L I D A Y

Nothing special in this holiday. Hah..
Aku udah siapin dvd banyak-banyak (mayoritas sih Conan). Terus pinjemin novel teman-teman (gak modddal), download video sama film pendek, pokoknya semua berhubungan sama monitor! Gimana gak makin rusak ini mata ku. Aigoo. Selama liburan ini aku juga banyak "gak enak hati" nya. Ngerti gak maksudku? Enggak? Oh yaudah. =_= Aku lagi asyik nonton Dream High ini. ^_^ Udah di episode 10 (saat aku nulis postingan ini), aku suka alur ceritanya. Entah udah berapa kali aku dibuatnya nangis. Hye Mi. Ya, aku paling suka tokoh Hye Mi. Terlepas dari kesan sombong dan angkuhnya di awal cerita. Aku suka pembawaan sama sikap dia. T O P ! Aku suka Jin Gook, keren (tapi masih kalah sama kerennya Papa ku). Hye Mi dan Jin Gook cocok. Andai aku Hye Mi dan Jin Gook nyaaaaa...... ah mulai ngayal! Mungkin aku akan buat beberapa postingan tentang Dream High, nanti ya kalo aku udah siap nonton okheee ;)

Ampuni Hamba Yang Jarang Bersyukur Ini Yaa Rabb...

Aku tersadar di hari itu. Hari ketika aku menerima hasil belajar ku selama satu semester. Awalnya aku tidak berharap banyak. Aku sadar bagaimana cara belajar ku di semester ini; terlalu banyak bermain-main, sering bolos les, dan lebih mementingkan ekskul. Karena nya aku tidak berharap banyak, bisa masuk 10 besar saja aku sudah sangat bersyukur.
Tapi ternyata, semua diluar dugaanku, diluar perkiraanku. Aku mendapat peringkat yang sama sekali tidak pernah kupikirkan aku akan berada di sana sebelumnya. Alhamdulillahirabbil 'alamiin. Tak henti aku mengucap syukur. Sepanjang jalan pulang aku merenung..
Ya Rabb...
Kau begitu Maha Pemurah. Kau memberi ku Rahmat yang sebaik ini, padahal aku belum begitu baik sebagai Hamba-Mu..
Aku, aku sebagai Hamba-Mu yang sering lupa bersyukur, yang sering melalaikan Mu.
Aku, aku sebagai Hamba-Mu yang masih sering menomor dua kan-Mu dibanding urusan lainnya.
Aku terlalu sering puas akan semua yang telah kulakukan.
Padahal semua itu tak ada apa-apanya.
Ya Rabb.. Pantaskah aku menerima rezki yang teramat baik dari-Mu ini?

T I R E D

Terlalu capek.
Itu yang kurasakan saat ini. Dari mulai awal ujian semester, aku yang agak sedikit gelagapan di ujian ini, harus bangun pagi-pagi buta untuk mengulang pelajaran. Padahal itu sudah jadi kebiasaan ku.Tapi untuk semester ini, ku akui cukup melelahkan. Tapi aku masih bisa bertahan untuk 9 hari ujian semester itu (read : tanpa demam). Hari terakhir ujian, kebanyakan orang seneng, lega, terharu, segala macam bentuk relife deh! Tapi enggak buat aku. Selama ujian sampai hari terakhir ujian itu pikiran ku bercabang. Yap, LDK! Aku kan panitia LDK, jadi agak sibuk (eh bukan agak ding, tapi sangat!). Eum, kebetulan aku diamanahkan jadi sekretaris. Yah, kerjanya lumayan sih. Tapi, bisa nambah pengalaman juga. Oke, kembali ke hari terakhir ujian! Sepulang ujian kami langsung mengadakan rapat akbar. Besoknya, jam 7 semua panitia harus udah ngumpul di sekolah. Walaupun aku agak telat sedikit, karena ada kendala di jalan. Hari pertama alhamdulillah lancar, hari kedua juga, hari ketiga TOP! Selesai penutupan jam 17.45 wib. Aku langsung caw ke rumah. Sampe rumah jam setengah tujuh, udah maghrib! Sampe rumah aku langsung mandi, sholat, makan, sholat lagi, daaaaaaaan TEPAR! Ini yang ku tunggu-tunggu. Aku tidur sekitar 6 jam, habis tuh bangun, dan dapat sms dari teman-teman kalo hari itu ada porakel (pekan olahraga antar kelas). Aku disuruh datang untuk mengisi tim softball putri. Aiigooooooh... Capek LDK belum ngacir, capek yang lain telah menanti. Akhirnya dengan malas-malasan aku datang ke sekolah. Ternyata porakel untuk kelas XI gak dimulai hari ituuu!!! *sabar* *sabar*. Aku tanya ke panitia kapan pastinya kami main, kata mereka, "Besok..".
Besoknya *dengan cukup sabar* aku datang lagi. Di pertandingan pertama kami melawan kelas XI IPA 8, tapi berhubung mereka gak ada perwakilan, kami menang tanpa tanding. Selanjutnya, kami lawan XI IPA 2, dan alhamdulillah MENAAAANG! Bukan menang tanpa tanding ya. Kami dijadwalkan (aseeek) bertanding lagi hari berikutnya. Otomatis, aku harus datang lagi besoknya. -__- Kami lawan XI IPA 10. Alhamdulillah, gak disangka-sangka, kami menang weeeh! :D Kami akhirnya masuk ke 6 besar. Di 6 besar, kami melawan kelas X-4. Tapi kalah :( hiks. Gagal deh merebut juara 1 atau 2. Kami masih punya kesempatan untuk meraih juara tiga dengan mengalahkan kelas X-3. Dan kesempatan itu bisa kami raih! Yeeeeh.
Jadi, hasil akhirnya :
Juara I : XI SOS 2
Juara II : X-4
Juara III : XI IPA 5 (Kelaskuuuu.)
Yeeeeeeeeeee. d(^o^)b 
Sangking senengnya, aku sampe lupa kalo aku kurang istirahat semenjak LDK itu, yah. Sampe rumah, aku langsung tepaaar. Belum ada ngerasa apa-apa. Besoknya, semua tulangku macam mau patah. Buat duduk aja susah. Hahahaha.
Aku sangat capek :(

Aku Seorang Munafik (sumber: www.voa-islam.com)

Aku Seorang Munafik?

Dengarkanlah, aku sedang bertanya, dengan sangat jujur, kepada hatiku, apakah aku seorang munafik?
Aku mengakui Allah sebagai tuhanku, tapi entah sudah berapa banyak hal dan makhluk yang aku tempatkan sejajar denganNya bahkan lebih, dihatiku.
Aku mengaku muslim, namun lihatlah perhitungan rinci yang pasti aku kemukakan di depan, ketika telah sampai waktunya aku harus mengerjakan kewajibanku sebagai muslim. Bahkan sebenarnya aku adalah sudah lebih dari tahu dan sadar bahwa aturan Allah telah jelas tentang segala sesuatu dalam hidup. Namun, entah kenapa aku tetap dengan berat hati menanggalkan semua. Apalagi lah, jika bukan karena aku tak mau rugi dalam urusan dunia. Ketakutan dan kemalasan seketika menyelubungi kepala dan menjalar ke hatiku yang akhirnya akupun menghentikan arus kebaikan itu untuk menemani hari- hari itu.
Aku mengaku muslim, namun laku, tindakan, dan tutur kataku tak lebih dari menghujat, memecah belah dan merusak citra islam dan harga diriku dan saudaraku sendiri. Dan ... ajaibnya, aku tetap menganggap hal itu sebagai sebuah kebanggaan dan atau prestasi dari diriku yang akan mungkin membuahkan pahala dimata Allah. Ya robb, sudah tidak waraskah aku?
Aku mengaku muslim, namun aku tak pernah berbangga dengan identitasku ini, dan malah menghujat sesamaku yang telah mendapat rahmat Allah untuk dapat menerapkan aturan islam lebih baik dan lebih nyata dari pada aku. Entah pikiran setan apa yang menggelayuti hatiku, dan lihatlah malah kesombongan dan caci maki atas mereka yang selalu aku berikan tanpa henti.
Aku mengajarkan kebaikan namun saking sibuknya diriku dengan sebuah pengajaran, aku lupa mengajari diriku untuk mempraktekkan kebaikan itu dalam kehidupanku sendiri. Tidak ada yang tahu memang, ataupun tidak ada yang repot dengan mencampuri urusan hidupku, namun ternyata hatiku sendiri yang berprotes kepadaku dan betapapun aku mencoba lari darinya, aku tetap tidak bisa.
Aku mengakui sebuah kebaikan dan manfaat dari kejujuran. Namun diam- diam aku mengkhianati hati nuraniku dengan berbuat curang pada Allah, diriku sendiri, kepada sesamaku. Aku menyangka Allah pun hanya diam dan tanpa akan menyeruakkan aibku ini, karena ini adalah rahasiaku dengan Nya. Selanjutnya dengan bangga dan penuh kamuflase atas sebuah julukan orang alim dan jujur, aku berjalan di muka bumi, dengan tetap tenang.
Manusia lain menggelariku orang yang amanah dalam menjaga dan memenuhi titipan mereka kepadaku. Namun dibelakang mereka, amanah itu aku selewengkan dengan alasan kebutuhan dan selera duniaku. Dan jika akhirnya mereka mengetahui hal itu, maka dengarlah untaian kata- kata indah yang dengan keahlian dan kepandaianku aku rangkai dengan berbagai cara. Apalagi lah tujuannya selain agar mereka tetap mengenaliku sebagai yang terbaik.
Lihatlah betapa mulutku memang benar- benar mengekspresikan isi hatiku. Isi hati yang aku tuntun untuk menjadi munafik, namun ternyata aku tidak sekuat itu untuk memaksanya. Suara bisikan kebaikan dari Allah lewat hati nuraniku, tetap begitu kuatnya sehingga membentuk sebuah pertentangan batin yang tidak sanggup aku kuasai permainannya.
Apakah aku seorang munafik?
MasyaAllah, ternyata aku seorang munafik. Betapa banyak manusia yang menilaiku baik, namun itu sama sekali tidak mengurangi teriakan batinku yang memaki diriku karena aku sebenarnya adalah seorang munafik. Hatiku protes karena aku telah mencurangi Allah walaupun hanya dia sendiri yang mengetahuinya. Aku ternyata tidak bisa lari sama sekali dari umpatan hati nuraniku yang pasti akan jujur tentang adanya aku.
Ya robb, ampunilah hambamu yang sombong ini, yang telah berbangga hati dengan dinilai baik dan berusaha agar dinilai baik dihadapan manusia, namun sebenarnya rendah di hadapanMu. Sanggupkah hamba ketika "video" keburukanku itu nanti akhirnya akan diputar kembali dan di pergelarkan pada semua makhlukmu diakherat nanti? Sanggupkah hamba saat nanti tiada lagi ampunan darimu dan rahmat untuk hamba, untuk tertutupnya dengan rapi semua aib dan kekurangan hamba?
Ya Allah, semakin manusia menilai baik terhadap hamba, sebenarnya semakin dalam sakit yang hamba rasakan. Sakit lantaran semakin keras pula teriakan hati nurani hamba yang mengatakan bahwa hamba adalah seorang MUNAFIK, yang hanya pandai memoles jati diri dengan sejuta kebohongan, kecurangan dan dan topeng demi terlihat sempurna dihadapan manusia.
Ya Allah, ampunilah hamba... Ampunilah hambamu yang hina ini...

(Syahidah/voa-islam.com)

Kipas Angin Fia

Hari ini hari Senin, mungkin sebagian anak sekolah pada gak suka sama hari Senin. Karena upacara nya mungkin ckck. Aku malah suka hari Senin, gak tau kenapa..
Pagi ini, setelah upacara, badan ku agak gerahan. Padahal cuaca nya agak mendung, tapi aku keringatan.. Tiba-tiba, Fia teman sebangku ku menyodorkan sesuatu, kipas angin mini. Tau aja dia aku lagi kepanasan..
“Tumben nih Nisa kepanasan, biasanya gak pernah..”, tanya Fia.
“Iya, mungkin karna lari-lari dari lapangan ke kelas tadi. Eh lucu nih kipasnya.. Haha”, kataku sambil mendekatkan jariku ke kipasnya. Tapi gak sampe kena.
“Gak sakit kok,Nis.. Itu plastiknya lembut, gak keras.”
“Hmm, iya ya?”, Tanya ku ragu.
Fia menekan tomboll off kipasnya..
“Tuh kan, pegang deh, gak akan sakit kalo pas muter kita pegang..”, jelas Fia meyakinkan.
“Iya sih…”
Aku menghidupkan kipasnya, lalu mendekatkan nya ke jilbabku. Hhhhhh, adeeemmm.
Tiba-tiba si Rizky merebut kipasnya dari tanganku.
“Minjem, aku juga kepanasan.”, katanya membalas berenganku.
“Ya pelan-pelan dong, kalo jatoh ntar cemana, itu punya si Fia loh..”
“Iya, aku tau.”, jawabnya santai.
Uh!!
Buk Rusni, wali kelas kami masuk.
Ya biasa, meriksa apakah anak-anak murid nya masih waras. Masih doooong ….
Ibu itu ngasih pengumuman, tapi aku gak terlalu dengar.. Sepertinya sih tentang expo..
Habis ngasih pengumuman, baru deh Ibu itu nge cek keadaan kelas, gorden, taplak meja, akuarium (yang ikan nya udah pada kabur), de el el..
“Fia, jangan menggosip aja disitu,” tegur buk Rusni.
Aku menyikut Fia.
“Lalak, Nayla, kalian juga, cuci semua gorden, Nayla sama Fia bagi dua buat nyuci gorden, yang masang si Lalak.”
“Yah, Ibuuuuuk, kok kami Buk?”, protes Nayla.
“Iya kalian tadi asik menggosip aja. Yang tanggung jawab kawat gorden nya Raymon.”
Fia, Lalak, dan Nayla merepet karna dapat tugas nyuci gorden. Mana gorden nya udah kotor kali, hehehe. Sabar ya weee. ;)
Sehari itu kami hampir gak ada belajar, guru Matematika gak masuk, guru Bahasa Indonesia juga, mungkin lagi sibuk ngurus persiapan kakak-kakak kelas 12 yang mau ujian. Hehehe. Jadi pas lagi nggak ada guru, anak-anak cowok nya main kuda panjang. Permainan seru tapi agak menyiksa, bisa bikin tulang punggung patah kalo gak tahan.. Hiiiiy. Kami yang cewek nya cuma ngeliatin sambil nyorakin aja, hahaha. Gak mungkin juga kan kami main, pake rok -_-
Pas pelajaran Bahasa Jerman, kami sih berharap Frau itu gak datang, tapi eh tapi, Frau itu masuk dan ngajar. Hoaeeeeem, yang cowok nya pada kecapekan gara-gara main kuda panjang tadi. Pada keringetan semua. Kipas si Fia pun kayak nya udah mulai lesu, hahaha. Mau habis batre kali.
Padahal di kelas udah ada 2 kipas gede. Aku yang duduk pas di bawah kipas aja sampe kedinginan. Tapi gak mungkin kan aku matiin kipasnya, maulah ngamok orang itu..
“Sini kipasnya”, kata Fia.
Dia udah mulai was-was liat kipasnya udah macam gak bertenaga lagi. Huekekekek.
“Yah, bentar lah, kami masih panas inii…..”
“Enggak, enggak! Siniiiiiii kipasnya!”
“Hhhhhh.”
Aku hanya bisa senyum-senyum liat si Fia meratapi kipas angin nya yang udah hampir hampir itu :D Hahaha.
“Rusak, Fi?”, tanyaku
“Enggak sih, Nis, lebih tepatnya belum, dan aku gak mau kipas ini sampe rusak di hari pertama aku makenya. Hah.”
Ckckckck.
“Liat dong.” Aku mengambil kipasnya dari tangan Fia.
Aku memutar-mutar baling-baling kipasnya. Aku tekan tombol on nya. Kipasnya hidup lagi dan kembali segar kayak tadi pagi lagi (jiaaaah).
Iseng aku deketin deh tu baling-baling ke kuping nya fia.
“Nguuung.”
“Ih Nisa, MKS deeeh..”, bibir Fia manyun 10 inci.
“Haduh Fi, berapa menit lagi nih bel pulang, aku lapeeeeeeeeer”, gerutuku.
“Ntar lagi kok, setengah jam lagi..”
“Gubwrak deh, setengah jam itu lama loh Fyoooool…”
Iseng aku putar lagi kipasnya, kali ini sasaranku si Fya. Aku deketin kipas angin ke jilbabnya. Nguuung.
"Nisa, ih, jangan kumat deh… Aku lagi serius ni."
"Eleh, eleh.. Serius apa seriuus?"
Aku ganggu lagi Fia, aku deketin  kipas mini nya ke kuping.
Nguuuung..
"Nisaaaaa!!!!" Fia ngamuk.
Aku nyengir kuda.
"Maaf, habis aku bosen tingkat dewa nih."
"Ya jangan aku dong yang jadi sasaran…"
"Oh oke, aku cari korban lain aja."
Mataku tertuju pada kawan di depan ku. Diora. Mueheheheheh.
Aku iseng mendekatkan kipas mini nya ke dekat Diora. Sasaranku adalah seragam nya. Hehehe. Pasti dia terkejut. Dan betul saja, dia terkejut. Dan bukan hanya itu, malah keadaan diperparah dengan gerakan dia yang tidak ku bayangkan sebelumnya. Tiba-tiba…. Rambut panjangnya tergerai, entah kipas yang menyambar rambutnya atau rambutnya yang menyambar kipas.. Aku langsung terdiam.
Kipas Fya kini sudah tidak menyentuh tanganku lagi, ia berpindah tempat ke……rambut Diora! Oh My God….. Aku langsung parno, kalo Diora marah, bagaimana.. Dan benar saja.. Sedetik kemudian..
"Nisaaaaaaaaaa!!!!"
"Eheheheh." Aku hanya bisa nyengir kuda.
Diora bangkit dari duduknya, dan pemandangan lucu pun mulai terlihat, kipas mungil Fia menggantung di ujung rambut Diora. Fia tidak bisa menahan tawanya. Aku berusaha sekuat tenaga ku untuk menahannya. Mana mungkin aku bisa menertawakannya sedangkan itu adalah keteledoranku. Hah, bisa-bisa makin dimaki aku.
Pemandangan aneh itu mulai menyebar ke saentro kelas. Terutama ke anak cowoknya. Mereka mulai mengeluarkan lelucon yang buat Fia makin terpingkal dan aku tersiksa menahan tawa. Diora berusaha keras memisahkan kipas angin itu dengan rambutnya. Aku berusaha membantu.
Susah.
Aku mulai keringat dingin. Kalo gak bisa lepas gimana ya? Tiba-tiba pikiran ku melayang ke masa aku SD. Waktu itu kejadian nya mirip seperti ini, hanya saja yang menempel bukan kipas, tapi permen karet. Ya, temanku yang jahil menempelkan permen karet ke rambutku. Aku sudah mencoba melepasnya, tapi tidak bisa, yang ada kepalaku jadi sakit karena rambutku ditarik-tarik. Akhirnya aku pulang dengan keadaan permen karet menempel di rambutku. Ibu yang melihatnya langsung kaget. Ibu juga berusaha melepaskan permen karetnya, tapi masih gagal juga. Akhirnya Ibu mengambil gunting dan… clek. Rambutku dipotong. Tapi setelah itu model rambutku jadi aneh, pendek sebelah. Besoknya Ibu membawa ku ke salon dan merapikan rambutku.
Oke, cukup flashback nya. Sekarang aku kembali ke kenyataan. Aku memegangi rambut Diora yang tersangkut, memutar-mutarnya berharap akan lepas. Tapi aku tahu, ini gak akan lepas kalo tidak digunting. Diora teriak-teriak gak jelas sehingga menarik perhatian teman-teman sekitar. Aku menyuruhnya diam, tapi dia gak mau. Akhirnya Nayla datang dengan membawa gunting… Waaaah…
Diora yang menyadari rambutnya akan digunting semakin mencak-mencak.
"Mau gak tuh rambutnya lepas?", tanya Nayla tak sabar.
"Ya mau, tapi gak dengan cara diguntiiiing… GAK MAU GAK MAU GAK MAU…..", rengek Diora.
"Gak apa loh, sedikit aja. Nanti kan juga akan tumbuh lagi."
"Enggaaaaak!!!"
Sejujurnya aku agak malas di sini, apa salahnya coba dipotong sedikit aja, andai dia tahu bagaimana posisi rambutnya terhadap kipas itu. Sulit dipisahkan. Diora semakin ribut dan mencak-mencak. Nayla yang memang tak sabar melihat sifat orang seperti itu langsung mendudukkan Diora dan….cklek..
Kipasnya lepas.
"Kyaaaaaaaaaa!!!", Diora berteriak, tak terima rambutnya digunting.
"Cuma dikit looh, lagian itu kipas udah gak bisa lepas dari rambutmu."
"Hiks….", Diora meratapi rambutnya yang tergunting. Hanya sedikit padahal.
Nayla melengos pergi dengan guntingnya. Dalam hati aku berterima kasih akan keberanian Diva, sekarang kipas sudah lepas. Tapi gak bisa muter lagi. Aku meminta maaf dengan tulus kepada Diora. Untung Diora memaafkan. Aku juga meminta maaf kepada Fia. Dan dia juga memaafkan sraya berterima kasih kembali padaku. Aku bingung untuk apa, katanya aku sudah buat dia tertawa lepas. Jadi kesalahanku tadi dijadikannya hiburan yang bisa menghilangkan beban pelajaran satu harian ini.

Ini kipas anginnya


Cerpen perdana yang aku publikasikan :)
ttd : Winni Septi Fanny Yasrin

Salahkah Harapanku?

Harapanku mungkin terlalu tinggi.
Tapi salahkah? Aku rasa itu harapan standar untuk semua kalangan Rohis.
Mungkin tidak untuk disini.

Salah kalau aku berharap semua dari kita, walaupun berbeda latar, kita punya satu tujuan: Allah!
Salah kalau aku berharap, semua dari kita berpakaian syar'i?
Salah kalau aku berharap, tidak ada pacaran di kalangan kita?
Salah kalau aku berharap, kita semua bersama-sama Gadhul Bashar?

Salah kalau aku berharap, dengan bergabungnya aku disini, aku bisa semakin memperbaiki akhlak ku, bisa istiqomah dengan keputusan ku, bisa menjaga hati ku dari segala penyakit?
Bahkan aku berharap bisa semakin memperbaiki hijab ku disini.
Salah kalau aku berharap, kita bisa terlihat berbeda dari yang lain, kita bisa menjadi contoh, dan kita bisa menghasilkan pembicaraan yang baik.
Entahlah, aku hanya tak ingin ada yang tersakiti disini.
Aku hanya mengingatkan, kita hidup di Indonesia. Bukan Amrik yang menjunjung Liberalisme.
Kita harus sadar bahwa konsekuensi dari apa yang kita buat, bisa juga berdampak pada orang sekitar kita. Kita berbuat salah, bukan hanya kita yang di hakimi, tapi orang sekitar kita juga bisa terkena imbasnya.
Semoga Allah selalu membuka pintu Maaf Nya untuk kita semua.
Dan semoga hati kita selalu dilimpahi HidayahNya..
Aamin Ya Rabbal 'Alamiin..

Untukmu, Ayah...

Ayah, perih rasanya menyadari bahwa kau takkan bisa membaca tulisan ini.
Ayah, aku sedih sekali..
Tadi di jalan menuju ke sekolah, aku melihat seorang anak perempuan berangkat ke sekolah dengan ayahnya. Aku ingat ayah… Aku rindu ayah.. Aku sadar tidak akan mungkin lagi aku merasakannya.. Merasakan duduk berdua dengan ayah dan saling berbagi cerita. Merasakan bagaimana ayah mengajariku Matematika. Merasakan bagaimana aku memperbaiki bahasa inggris ayah yang terbalik-balik. Merasakan gelinya ketika aku mencium pipi ayah yang berjenggot tajam. Merasakan sedihnya cerita ayah ketika ayah hidup di kampung dulu. Merasakan lucunya cerita-cerita ayah ketika ayah jadi mahasiswa dulu, ya ayah ku adalah orang yang humoris, walau bagi sebagian orang ayahku adalah orang yang tegas dan dianggap kurang berminat diajak bercanda. Tapi bagi kami, guyonan ayah di rumah bisa membuat kami tertawa menghilangkan beban aktivitas seharian.
Aku rindu Ayah..
Sangat-sangat rindu. Aku rindu suara ayah yang besar. Sangat terbalik dengan perawakan ayah yang tidak terlalu tinggi. Aku rindu melihat ayah semangat ketika berolahraga. Aku rindu bisa bermain golf lagi bersama ayah. Aku rindu kesabaran ayah mengajariku bagaimana memukul bola golf agar tidak melenceng lalu masuk ke parit. Aku rindu ayah. Aku rindu melihat ayah dengan lancar berbahasa Mandiling sedangkan aku hanya bisa angguk-angguk mendengarnya. Ayah belum sempat mengajariku bahasa kampung kita, Yah… Aku juga gak bisa lagi membelikan lasegar untuk Ayah. Gak akan ada lagi yang menyanyikan aku lagu "Urang gaek digoda setan, puku sambilan sambahyang subuah", Ayah selalu menyanyikan itu ketika aku malas bangun untuk melaksanakan Shalat Subuh, atau kalau tidak mempan Ayah membangunkanku dengan cara menggelitiki telapak kaki ku. Lalu dengan muka manyun aku terpaksa bangun. Ayah, jika aku berkesempatan mendengarkan Ayah menyanyikan lagu itu lagi, dan menarik aku turun dari tempat tidur, aku janji tidak akan manyun lagi. Aku akan tersenyum, Yah.. 
Andai ayah akan kembali untuk menyanyikan ku lagu "Bareh Solok" yang jadi favorit Ayah dengan suara Ayah yang khas..  Aku rindu semua cerita kita dulu, Yah..
Dimana aku bisa menghilangkan rasa rindu ini?


mateMATIka

Hayooooo Hayooo Hayoooo (sedikit heboh).
Hari ini, hari pertama ujian. Ujian dibuka oleh pelajaran MATEMATIKA. Awalnya sih aku senang. Yaaa, guru MM aku kelas 11 ini TOP deh, tapi lebih TOP lagi Papa doong :) Guru itu kan sangat berpengaruh terhadap ngudeng apa enggaknya kita sama pelajaran. Guru kami sekarang Buk Loide. Ibu itu bagus kalo nerangin, ngerti kami semua.
Kebiasaan yang sudah mendarah kulit kalo sebelum ujian itu dikasih kisi-kisi (bahkan kisi-kisinya bisa mengarah ke soal), jadi sehari sebelum ujian kami minta diadakan les, dan disitu kami minta kisi-kisi (gak pede sama hapalan sendiri). Ya kisi-kisinya kata ibuk itu dibaca aja soal-soal ulangan selama ini. Itu dia masalahnya, gak semua soal ulangan itu yang ku tau jalannya. Ya alternatif lain, hapal jawaban ajalah. Wkwkwk (cara tidak baik, jangan ditiru.)
Akhirnya setelah belajar sampai jam 10 malam dan bangun lagi jam 4 subuh untuk online #eh, bukan ding, untuk belajar.. Hehe.. Terus datang cepat buat bahas soal lagi sama Latifa di bawah pohon rindang depan Mushola, terus nanya sana-sini mana yang aku belum ngerti. Fiuh-_-'' Penuh perjuangan...
Jam 10 teng kami masuk. Aku di ruang 10. Duduk ku paling belakang sudut pula itu, belakang ku: dinding, kiri ku: dinding -_- sungguh menderita. Pengawasnya tadi gak terlalu streng. Masih bisa lah kami gerak-gerak. Tapi yang bikin satu kelas panic in a minute adalaaaah....HAPE DISITA! Semua HP di taruh di meja pengawas, mau jadi apa kami ujian Matematika tanpa kalkulator? Yah, sebenarnya juga gak boleh terlalu bergantung seperti itu. Tapi ujian kami kali ini tuh pembahasan nya susaaaah! sekali lagi: susaaaaaaah! Trigonometri, rataan data berkelompok, yang untuk mencari jawabannya itu butuh-sangat butuh kalkulator. Bayangin aja kalo ngaliin angka sampe ribuan dengan cara manual? Belum lagi pembagian bilangan berkoma.. Duh duh duh. Ini yang buat aku merasa gagal dalam ujian tadi. Gimana enggak, aku paling sering silap masalah beginian. Pembagian dan perkalian berkoma, sudut-sudut TIDAK istimewa. What the hell~!!! Alangkah cepat kami mengerjakan soal jika dibantu kalkulator. Ya kan manteman? IYAAAAAAAAAA..
Aku gak tau siapa yang buat soal itu, soalnya sangat melenceng dari apa yang kami pelajari (tepatnya kami hapal).
Aku pasrah lah sama nilai MM ku semester ini. Yang bikin aku agak tenang itu kata-kata buk Loide yang menegaskan bahwa nilai di rapot itu bukan mutlak nilai ujian, dan ibuk itu menilai dari kesaharian, kalau dia bagus, baik, bisa nilainya dibantu. Yeeeeeee d(^o^)b Aku juga lega, ujian MM udah lewat, walaupun hasilnya bisa dipastikan SURAM. Tapi ujian berikutnya InsyaAllah lebih berjuang! Oye!

NB: postingan ini seharusnya di tampilkan kemarin, tanggal 7 Desember. Namun karena ada kendala pada modem si penulis, jadi diundur.. Hwekekekeke :D

Anak Indigo

Y : Yang seram itu acara indigo lah.
L : Iya iya, seram, merinding aku nontonnya. Apalagi yang minggu semalam.
Y : Iya? Ish aku gak nonton pula itu minggu semalam. Apa kelebihan anak indigonya?
L : Main piano.
(hening sekelak)
ALL : hwakakakakak. Apa seramnya hah?
W : Anak indigo itu biasanya kemampuan nya seram-seram, bisa lihat hantu, bisa lihat masa depan, bisa ngobatin orang sakit. Ini? Main piano -_- lawak, lawak...

 How do you write a love letter to a place? To a time? To bittersweetness?