MEROKOK

Jujur, aku paling benci sama orang yang merokok. Dan, ketika aku berada di dekat orang yang sedang merokok, aku tidak sungkan-sungkan menunjukkan rasa ketidak sukaan ku. Seperti kemarin, saat kebetulan aku berangkat sekolah dengan angkot. Orang yang duduk di sebelahku, dengan santainya menghisap rokok dan mencemari udara di dalam angkot. Dan, you know, orang yang merokok ini memakai seragam yang sama seperti aku. Alias dia masih siswa SMA. Hah. Entah mungkin dia punya part time job atau dia udah bisa menghasilkan duit sendiri, kalau dia masih pakai duit orang tua nya? Ckck.
Merokok itu memang hak, tapi liat-liat juga dong, Lek! Mana angkot kalo pagi-pagi kaca nya belum pada kebuka. Akhirnya dengan usaha sekuat tenaga, aku buka salah satu kaca yang disampingku, selebar mungkin!
Biar deh tu si perokok ngeliatin aku dengan heran. Aku berengin dia! Gak nyadar apa, udah buat aku hampir semaput gara-gara asap rokoknya itu...

Inikah Cinta?

Aku ingin lompat.
Aku ingin teriak.
Aku ingin tertawa.
Aku ingin senyum.

Tuhan,
Inikah yang dinamakan cinta?
Jika ia, apa yang harus saya lakukan?
Saya ingin dia tetap di sini.
Di hati saya.
Tapi saya juga tidak ingin ini mengganggu.
Saya tak ingin terlalu jauh.
Sebab saya tak ingin memiliki apa yang belum jadi hak saya.

Tuhan,
Yang saya tahu, cinta itu menyenangkan.
Jangan biarkan saya merasa galau karenanya.
Saya ingin, ini hanya sekedar hiasan.
Hiasan cerita anak SMA.

Tuhan,
Tolong jangan tumbuhkan rasa cemburu saya padanya. 
Saya sungguh tak ingin galau karenanya.
Saya hanya ingin sekedar mencintainya dalam diam saya.
Bahkan mungkin, hanya menyukainya.
Bukan mencintainya.

KU NANTIKAN KAU DIBATAS WAKTU

Kunantikan Kau Dibatas Waktu
(Oleh: Winni Septi Fanny Yasrin)

Kalau memang kau pilihkan aku
Tunggu sampai aku datang
Nanti kubawa kau pergi
Ke surga abadi

Kini belumlah saatnya
Aku membalas cintamu
Nantikanku di batas waktu
(Edcoustic- Nantikanku Di Batas Waktu)

“Aku rasa, pertemanan adalah yang terbaik untuk kita,” suara itu pelan, tapi bagai sambaran petir dihati Hyun Bin.
Wae? Kenapa?”
“ Aku rasa aku tidak perlu menjelaskannya. Aku dan kau itu sangat berbeda.”
“Agama?” pertanyaan Hyun Bin tak di gubris Nadia.
Sudah jelas masalahnya adalah Agama. Nadia yang notabene seorang Akhwat aktivis Rohis di sekolahnya, kini di tembak oleh seorang cowok yang baru dikenalnya 2 bulan yang lalu.
Lee Hyun Bin. Pelajar Korea yang kebetulan sedang melakukan studi banding di sekolah Nadia, jatuh cinta pada saat pandangan pertama nya dengan Nadia. Sejak saat itu, Hyun Bin memanfaatkan waktu nya di sekolah tersebut untuk mendekati Nadia. Tapi, ada suatu tembok besar yang sangat menghalanginya untuk mendekati Nadia. Ya, Agamanya. Hyun Bin dilahirkan di tengah keluarga yang tidak mengenal Agama.  Sedangkan Nadia, Akhwat dengan jilbab lebar. Hyun Bin yang semakin penasaran dengan Nadia, tak hentinya menyusup di celah-celah waktu senggang Nadia, walaupun hanya untuk say-Hi. Di hari pertama Hyun Bin di sekolah Nadia, Ia mengikuti Nadia. Saat itu Nadia hendak menunaikan Sholat Dhuha. Nadia masuk ke Mushollah. Hyun Bin pun ikut masuk.
“Kyaaaaaaa!!! Ini tempat khusus Akhwat. Ngapain kamu disini?” Dina yang sedang berada di dalam Musholla histeris ketika melihat Hyun Bin masuk di bagian perempuan. Nadia yang mendengar ribut-ribut dari dalam Musholla pun menunda kegiatan berwudhu nya dan langsung melesat ke Musholla. Mata Nadia langsung menangkap sesosok cowok asing di bagian saf perempuan. Ia menatap cowok itu minta penjelasan.
“I’m so sorry.. Maaf, saya hanya ingin berkenalan dengan kamu.. Hai…” Hyun Bin bergerak mendekat ke arah Nadia dan mengulurkan tangannya.
Nadia heran. Ia langsung bergerak mundur untuk menghindari tangan Hyun Bin yang begitu antusias.
“Maaf, kalau ingin berkenalan, bisa di luar saja. Disini bagian khusus perempuan. Dan kamu tidak sepantasnya berada disini. Tempat mu di sebelah..” jelas Nadia.
Hyun Bin mengikuti arah pandangan Nadia, tempat dibalik hijab hijau tua itu. Ia kembali menatap Nadia dengan senyum aneh itu, dan melesat pergi. Ia bahkan lupa untuk meminta maaf kepada orang-orang yang terganggu akibat kehadirannya.
“Hei, Nadia. Kenapa nyuruh dia masuk ke tempat saf laki-laki. Kamu emang gak tau dia siapa?” Fita protes akan apa yang Nadia sebut tadi.
“Enggak, emang kenapa? “
“Dia itu Lee Hyun Bin loh, dia itu pelajar Korea yang belajar disini untuk jangka waktu 2 bulan.  Dia dari Ko-re-a. Dan setau aku orang Korea itu banyak menganut paham Atheis.”
“Oh, iya yaaa. Kenapa aku bisa lupa. Aih…” sesal Nadia.
Di hari berikutnya, Hyun Bin banyak menghabiskan waktu istirahatnya untuk mencari tahu tentang Nadia. Hyun Bin sangat tertarik pada Akhwat dengan jilbab lebar itu sejak pertama Ia melihat Nadia di gerbang masuk sekolah. Hyun Bin pernah mendengar tentang Islam, dan kewajiban bagi perempuan untuk menutup aurat. Tapi Ia hanya sekedar mendengar. Ia juga tidak percaya pada Agama apapun. Baginya, asalkan hidup dengan tentram dan menghargai satu sama lain saja sudah cukup. Walau dalam hati kecil Hyun Bin sering merasa kesepian dan kehilangan arah.Ia pernah mencoba mempelajari Agama Budha, Hindu, dan lainnya. Ia mendatangi vihara, kuil, bahkan sampai melakukan meditasi untuk menenangkan hatinya. Tapi tetap saja, Ia masih belum bisa mendapatkan apa yang diingankannya. Ketenangan batin. Sampai akhirnya Ia mendengar kata Islam. Hyun Bin mencari tahu tentang Islam melalui internet. Ia mengetahui sedikit tentang Islam, tentang sholat, puasa, sedekah, tapi Ia masih belum begitu jelas. Ia butuh seseorang yang bisa membantunya mengenal Islam lebih jauh. Suatu hari, Hyun Bin mengikuti Nadia yang ingin mencari buku di perpustakaan. Nadia sendiri, ini kesempatannya.
“Hai, lagi apa?” basa-basi Hyun Bin.
Nadia tak menggubris. Ia tak ingin memperpanjang cerita dengan bule satu ini.
“Bukannya dalam Islam itu harus saling mengasihi satu sama lain ya? Salah satu bentuk kasih sayang kan dengan saling tegur sapa.”
Nadia hanya melirik, lalu kembali ke buku bacaannya.
“Oke, aku nyerah. Kamu itu sangat cuek. To the point aja. Aku ingin belajar tentang Islam. Bisakah kamu membantuku?”
Kali ini Nadia menoleh ke arah Hyun Bin. Hyun Bin tersenyum penuh kemenangan. Akhirnya….
“Aku tidak bisa mengajarimu. Aku juga masih butuh banyak belajar. Kamu datang saja ke yang lebih ahli.”
Senyum di bibir Hyun Bin seketika hilang. Ia terpaku untuk beberapa detik. Lalu tersadar ketika mendengar bunyi kursi bergeser. Nadia beranjak. Ia hendak menghentikan Nadia. Namun langsung mengurungkan niatnya itu. Nadia sempat menoleh sebelum benar-benar hilang dibalik pintu.
“Datang ke Musholla nanti sepulang sekolah.” Nadia mengatakannya cepat, hampir tak didengar oleh Hyun Bin. Tapi Ia masih bisa mengerti, nanti sepulang sekolah Nadia mengajaknya ketemuan… Hyun Bin kembali tersenyum tak jelas.

“Kalau kamu ingin belajar tentang Islam, ikuti mentoring bersama mereka, pembimbing nya Kak Hanafi, dia lebih banyak tahu tentang Islam daripada aku.” Nadia hanya mengatakan itu sebelum Ia beranjak meninggalkan Hyun Bin yang masih melongo bersama pengurus Mushollah yang Ikhwan. Hyun Bin sedikit kecewa, berarti Ia tidak bisa dekat dengan Nadia. Tapi, tak apalah. Yang penting Nadia sudah tidak begitu cuek lagi padanya. Hari berikutnya, Hyun Bin banyak berkumpul dengan aktivis Rohis. Pernah sekali Hyun Bin mengikuti sebuah diskusi tentang Keberadaan Tuhan, di diskusi tersebut, ada satu hal yang sangat membekas di hati Hyun Bin, yaitu “Tuhan Itu Esa”. Begitu terus sepanjang hari, Hyun Bin sering datang ke Mushollah untuk mendengar orang-orang ber-tadarus. Belum pernah Ia mendengar lantunan ayat suci yang membuat nya tenang seperti itu. Benih-benih hidayah Allah pun mulai tumbuh di hati Hyun Bin.
Hubungan Hyun Bin dengan Nadia pun mulai sedikit akrab. Hyun Bin kini tak lagi sering mengganggu Nadia, dia sudah tahu apa alasan Nadia menjaga jarak dengannya selama ini. Dan dia menghormati itu.
Nadia pun tak segan lagi mengobrol dengan Hyun Bin, dan tentu saja, mereka tidak hanya berdua. Aktivis Rohis lainnya pun tertarik mengobrol dengan pria Korea itu. Hyun Bin memiliki pengetahuan umum yang luas. Mungkin benar, waktu yang indah itu akan berlalu dengan begitu cepat. Hari ini, hari terakhir Hyun Bin di Indonesia, besok dia akan kembali ke Korea. Masa studi bandingnya telah selesai. Sebelum pulang, Hyun Bin ingin berbicara dengan Nadia. Mereka pun bertemu di depan Musholla..
“Terima kasih telah membantuku belajar tentang Islam..” Hyun Bin memulai pembicaraan.
“Jangan hanya padaku, tapi pada semua yang ada disini.”
Nadia merasakan sesuatu yang beda ketika mengatakan nya. Seperti suatu kelegaan.
“Orang-orang di sini, terutama aktivis Rohis, sangat baik dan ramah. Meski dengan orang yang tidak menanggap adanya Tuhan seperti saya ini..”
“Hyun Bin, aku selalu berharap hidayah Allah akan menghampirimu…” kata-kata itu begitu tulus mengalir dari mulut Nadia.
“Jika aku sudah masuk Islam, apakah, apakah, kau akan menyukai ku?”
“Maksudmu?”
“Aku menyukaimu, Nadia.. Sejak pertama kali aku melihatmu. Bahkan sekarang, kurasa aku mulai mencintaimu.” kata-kata itu sedikit gombal, tapi ketulusan nya begitu nyata.
“Kau belum mengerti apa itu cinta. Dan bagaimana hakikat cinta.”
“Maksudmu?”
“Cintailah siapa yang menciptakan dan memiliki kuasa atas dirimu. Baru kau bisa mendapatkan cinta sejati. Untuk saat ini, pertemanan lah yang terbaik untuk kita.”
Nadia bangkit dari tempat duduk nya dan langsung berjalan cepat ke arah Mushollah. Ia menyeka airmata nya yang hampir terjatuh. Menangis? Ya, Nadia pun tak tahu mengapa Ia menangis. Itu lah perkataan terakhir Nadia. Setelah itu, mereka berpisah. Benar-benar berpisah. Hyun Bin tak pernah menghubungi Nadia setelah Ia sampai di Korea.

8 tahun kemudian….
Cuaca panas di Mekkah begitu menyengat. Nadia berjalan cepat dengan masker yang menutupi sebagian wajahnya. Tujuannya adalah Jabal Rahmah, Bukit Arafah. Nadia sangat ingin mengunjungi tempat itu sudah sejak lama. Ia ingin melihat langsung tempat Adam dan Hawa dipertemukan. Setelah berjalan kaki kurang lebih lima belas menit dibawah teriknya matahari, Nadia tiba di bukit arafah. Ia memejamkan mata, berdoa sesuatu. Begitu khtusyuk hingga air mata nya jatuh membasahi pipinya. Setelah berdoa, Nadia berjalan mengelilingi bukit. Nadia berhenti di depan sebuah tugu yang memiliki tinggi sekitar 8 meter dan lebar 1,8 meter. Sebuah monument berwarna putih yang ada di bukit arafah. Ia ingat cerita guru Agama nya ketika SMA dulu. Di sini lah tempat Adam dan Hawa di pertemukan. Jabal Rahmah, bukit kasih sayang. Nadia berharap bisa bertemu dengan seseorang disini. Namun, Ia rasa itu kurang masuk akal. Nadia pun berbalik, hendak kembali ke penginapan. Tiba-tiba, seorang pria yang tinggi nya lebih dari Nadia, menabraknya. Nadia hampir tersungkur.
“Astaghfirullah.. I’m so sorry Miss..” ucap pria tersebut.
Nadia hendak bangkit, Ia melihat ke arah pria yang menabraknya. Ia hampir saja jatuh kembali ketika melihat wajah pria itu. Begitupun dengan sang pria. Mereka sama-sama shock..
“Na..Nadia?” tanya sang pria ragu..
“Ya.. Hyun Bin?” Nadia kini sulit bernafas.
“Bukan, saya Fajri…” jelas Hyun Bin sambil nyengir.
“Kau….”
“Iya, hidayah Allah kini benar-benar sudah menghampiriku…” ucap Hyun Bin antusias.
“Alhamdulillah….” Nadia kini tak kuasa menahan air mata yang sejak tadi menyesaki kelopak matanya.
Selanjutnya, yang terjadi hanya lah saling diam. Mereka sama-sama tak tahu apa yang harus dibicarakan. Ya, itulah rindu, jika jauh terasa sangat sesak, ketika jumpa bingung apa mau dikata.
“Nadia, jika dulu kau bilang kita tak bisa bersatu karena kita berbeda, maka saat ini, adakah lagi alasanmu untuk menolakku?”
Nadia tidak bisa menjawab, Ia menatap Hyun Bin. Hyun Bin balas menatapnya. Beberapa detik kemudian, senyum mengembang di wajah Nadia. Dan itu sudah cukup bagi Hyun Bin…

Ya Rabbi, di tempat bersejarah ini kau pertemukan aku dengannya. Jadikanlah cinta kami hanya semaata KarenaMu. Jadikanlah cinta kami abadi seperti cinta Adam dan Hawa...

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (Al-Qashash: 56)

AMBIGU

I LOVE YOU MM...
LOVE ME BACK PLEASE....
(efek besok mau ujian MM.)

Kau ini...

Kau ini... 
Pergi begitu saja tanpa jejak.
Melewati bertahun-tahun tanpa kabar.
Lalu kembali seperti tak pernah terjadi apa-apa.

From Beginning Until Now - Ryu

처음부터 지금까지(Cheoeumbuteo Jigeumkkaji)
Singer:류(Ryu)


내게 올 수 없을 거라고 이젠 그럴 수 없다고
Naege ol su eopseul georago ijen geureol su eoptdago
제발 그만 하라고 나를 달래지..
Jebal geuman harago nareul dalleji
정말 잊어버리고 싶어 다신 볼 수 없다면..
Jeongmal ijeobeorigo sipeo dasin bol su eoptdamyeon
나를 잡고 있는 너의 모든 걸
Nareul japgo itneun neoui modeun geol

내가 웃고 싶을 때마다 넌 나를 울어버리게 만드니까..
Naega utgo sipeul ttaemada neon nareul ureobeorige mandeunikka
어느 것 하나도 나의 뜻대로 넌 할 수 없게 만드는 걸..
Eoneu geot hanado naui tteutdaero neon hal su eoptge mandeuneun geol
니가 보고 싶을 때마다 난 이렇게 무너져버리고 마니까
Niga bogo sipeul ttaemada neon ireoke muneojyeobeorigo manikka
아무리 잊으려고 애를 써도 잊을 수 없게 하니까..
Amuri ijeuryeogo aereul sseodo ijeul su eoptge hanikka

정말 잊어버리고 싶어 다신 볼 수 없다면..
Jeongmal ijeobeorigo sipeo dasin bol su eoptdamyeon
나를 잡고 있는 너의 모든 걸
Nareul japgo itneun neoui modeun geol

내가 웃고 싶을 때마다 넌 나를 울어버리게 만드니까..
Naega utgo sipeul ttaemada neon nareul ureobeorige mandeunikka
어느 것 하나도 나의 뜻대로 넌 할 수 없게 만드는 걸..
Eoneu geot hanado naui tteutdaero neon hal su eoptge mandeuneun geol
니가 보고 싶을 때마다 난 이렇게 무너져버리고 마니까
Niga bogo sipeul ttaemada neon ireoke muneojyeobeorigo manikka
아무리 잊으려고 애를 써도 잊을 수 없게 하니까..
Amuri ijeuryeogo aereul sseodo ijeul su eoptge hanikka

단 한 사람을 사랑하는 게 이토록 힘든 일인 줄 난 정말 몰랐어,
Dan han sarameul saranghaneun ge itorok himdeun irin jul nan jeongmal mollasseo,

내가 웃고 싶을 때마다 넌 나를 울어버리게 만드니까..
Naega utgo sipeul ttaemada neon nareul ureobeorige mandeunikka
어느 것 하나도 나의 뜻대로 넌 할 수 없게 만드는 걸..
Eoneu geot hanado naui tteutdaero neon hal su eoptge mandeuneun geol
니가 보고 싶을 때마다 난 이렇게 무너져버리고 마니까
Niga bogo sipeul ttaemada neon ireoke muneojyeobeorigo manikka
아무리 잊으려고 애를 써도 잊을 수 없게 하니까..
Amuri ijeuryeogo aereul sseodo ijeul su eoptge hanikka



From Beginning Until Now - Ryu

You will never come back to me and you can't do it,
please stop doing so, you comfort me like this..

If I can't see you again, I really wanna forget..
all about you that hold me

Whenever I wanna laugh, you make me cry..
You keep me from doing even one thing as I want..
Whenever I miss you, I break down like this.
Even though I try to forget, I cannot do it..

*If I can't see you again, I really wanna forget..
all about you that hold me

Whenever I wanna laugh, you make me cry..
You keep me from doing even one thing as I want..
Whenever I miss you, I break down like this.
Even though I try to forget, I cannot do it..
I didn't realize loving one is so hard like this

* Whenever I wanna laugh, you make me cry..
You keep me from doing even one thing as I want..
Whenever I miss you, I break down like this.
Even though I try to forget, I cannot do it..








Lagunya galau men! Hahaha. OST Winter Sonata. 


Drawing

Pelajaran yang paling sering buat aku malas itu pelajaran yang berhubungan dengan seni. Yap, SENI RUPA. Entah aku gak ada bakat seni atau emang mood aku gak pernah baik tiap ketemu pelajaran ini. Aku dan kelompok kecilku (Indira, Ajeng, Viky, Bendict) dapat tugas melukis. Aigo, aku udah malas dari awal tau tugasnya. Pas ngerjain pun aku ogah-ogahan. Itu terbukti dengan sketsa kami yang hancur-hancuran. Kami disuruh ngulang di kanvas baru, tapi aku nolak. Gile ajeee, mau kenak biaya berapa lagi. Remed remed lah situ, pikirku. Akhirnya kami nyoba-nyoba buat ngerjain lagi, aku coba buat gerakin tanganku di atas kanvas, entah kesambet apa, aku jadi mood pas ngelukis... Tapi cuma sebentar aja, habis tu aku grasak grusuk kesana kemari lagi, bosan. Dan tau apa yang terjadi, Indira dan Ajeng berhasil menyulap sketsa yang babak bunyak (eh bahasa apa ini) menjadi lukisan yang KEREEEEEN!!! Ini dia :
 Aku aja gak nyangka bakalan kayak gini lukisan nya huwaaaa.. :D 

 Ini partner aku pas ngelukis, Ajeng sama Indira

Aku masih agak terkejut dengan hasilnya disini wkwk.

That Feel....

Hari ini aku merasakannya. 
Perasaan yang sudah hilang selama tiga tahun ini.
Ah, bukan hilang. 
Aku setuju pada Hukum Kekekalan Energi.
Bahwa tak ada energi yang bisa dimusnahkan.
Hanya saja ia mungkin teralihkan.
Sama seperti apapun yang ada di dunia ini. 
Tidak ada yang hilang.
Hanya saja mungkin teralihkan atau berpindah.
Seperti perasaan itu.
Bukan hilang.
Hanya saja ia berpindah tempat.
Atau teralihkan.
Jawaban kedua mungkin lebih tepat.

Dan itu muncul lagi hari ini. 
Entah kenapa.
Aku ingin menahan waktu, 
Sebentar saja.
Aku ingin sekedar bernostalgia
Ke dalam hati ku yang dulu.
Mengingat perasaan ku yang dulu.
Hanya sekedar mengingat
Aku tak lagi berharap kau yang datang
Lalu menjadi alasan degup jantungku yang berpacu
Menjadi pemicu wajahku yang tertunduk karena malu
Walau masih kubayangkan
Betapa lucunya aku dulu
Tapi itulah aku, aku dan cerita tentangmu
Tak ada kau, hanya cerita tentang mu yang tersisa
Itu sudah cukup bagiku
Cerita itu tetap tersimpan rapi
Dalam sudut hati
Sebagai penghias 
Terkadang sebagai jalan
Untuk kembali mengingatmu

Hanya sekedar mengingat, mengenang, menyimpan
Salahkah?
Kau tau kenapa?
Aku belum bisa melupakanmu....
Belum...

 

 How do you write a love letter to a place? To a time? To bittersweetness?