Hujan (dan aku pun merindukanmu)

"Sendiri menatap langit malam, aku melihat bintang berekor. Meskipun dia hanya muncul lalu menghilang dalam sekejap. Saat aku memikirkanmu, hatiku menjadi sakit. Kini aku ingin menemuimi, tapi aku tidak bisa terbang melintasi langit." (Houkiboshi-Younha)

Jika aku merindukan mu,
Aku harus bagaimana?
Aku tak yakin kau bisa merasakan rinduku.
Kau ingat sms terakhir yang kau kirim?
"Jika diluar hujan, coba keluar dan rasakan rintikan nya.
Sebanyak itu lah rasa syukur ku karna telah mengenalmu."

Sekarang, disini hujan.
Aku tak akan menghitung dan merasakan rintikan nya.
Tapi aku akan berdo'a di tengah hujan.
Semoga kau masih mengingatku.

-wsf

Mereka.

Aku udah jarang tertawa lepas. Semenjak udah gak sekelas sama mereka. Sekarang aku juga jarang nyeloteh. Aku lebih sering jadi pendengar. Pendengar kisah hidup mereka yang indah-indah itu. Aku jadi kangen MNR. Walaupun gak genap satu semester aku sebangku sama dia, tapi aku emang klop sama dia. Dia bisa dengarin semua celotehan ku yang gak penting itu dengan sabar. Dan dia juga nanggapin cerita ku sesuai dengan apa yang aku harapkan. Aku jadi pengen sebangku sama dia lagi. Hhhh... Udah lama kami gak ejek-ejekan jenggot lagi. Udah lama aku nggak cerita tentang si jenggot. Yah, lagian, juga gak ada yang mau dibicarakan lagi. Toh kami udah gak pernah contact-contact an lagi. Aku pengen didengar. Aku emang jarang cerita sama orang. Tapi kalo sama orang yang cocok, aku banyak cakap. Itu yang belum aku temukan beberapa bulan ini. Jujur, aku gak pernah betah sama orang yang banyak omong. Seolah-olah hanya kisah hidup nya yang perlu diketahui. Tapi aku juga gak  bisa terus ketemu si MNR. Kelas kami beda jurusan. Jauh pula lagi. Eotteohke? Aku harus bagaimana? Aku pernah kenal FH, dia juga salah satu yang bisa klop samaku. Kami punya hobi yang jauuhh berbeda, tapi itulah yang bisa buat aku betah sama dia. Dia itu unik. Dan gak ngebosenin. Itu orang yang aku butuhkan, bukan aku pilih-pilih teman. Tapi disaat seperti ini, aku butuh orang seperti mereka. Yang bisa bikin aku tertawa, tersenyum, sadar, menangis. Aku betul-betul lagi di posisi terendah. Aku seperti kehilangan semangat. Rasanya untuk tertawa itu sulit. Aku bahkan mulai menyesali apa yang dulu aku lewati begitu saja. Padahal itu lah jalan untuk semakin dekat dengan mimpiku. Aku juga mulai bosan dengan aktifitasku. Tak ada yang menantang. Atau minimal, menarik. Oh, mungkin bukan salah suasananya. Tapi salahku yang memang lagi kehilangan semangat. Ada YSS dan RL juga. Mereka ceka ku buat IS. Hahaha. IS itu ilmu selamat. MNR, YSS, RL. Aku butuh mereka untuk buat aku tertawa dan mendengar ceritaku.

Ya Rabb, berikan aku semangat ku yang dulu, semangat berjuang di jalan-Mu. Dan aku yakin, jika memang tak ada yang peduli akan aku suatu saat nanti, aku punya Allah, Rabb-ku yang tak pernah menjauh jika aku berjalan mendekat. Ampuni aku yang mungkin sering melupakan-Mu... 

 How do you write a love letter to a place? To a time? To bittersweetness?