Bagaimana jika masa lalu mu datang kembali, dan ingin memperbaiki apa yang pernah terjadi?
Membawa jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang selama ini masih terus kau pertanyakan.

Kau mungkin akan goyah, hal-hal terbaik dan terindah memang terkadang perlu sakit dulu untuk akhirnya dimiliki. 
Tapi, buat apa membuka kembali apa yang dulu sudah terlanjur kita tutup?
Di dunia ini, ada hal-hal yang sebenarnya sudah berakhir, dan tidak mesti dilanjutkan lagi. Tidak semua cerita memiliki akhir bahagia. Pertanyaan-pertanyaan itu pun mungkin sudah terjawab, hanya saja manusia terkadang tidak ingin menerima karena itu bukan jawaban yang diinginkan. 
Ikhlaskanlah, akhirnya mungkin memang harus begitu. 

First Goodbye


Aku sangat sadar bahwa akan selalu ada perpisahan untuk suatu perjumpaan. Dan hari ini, aku melambaikan lambaian selamat tinggal untuk pertama kalinya semenjak aku di Amerika.
Workshop di Washington DC telah usai. Malam itu, malam terakhir, adalah waktu yang paling emosional. Aku berusaha keras untuk tidak menangis. Well, aku tidak menangis untuk orang-orang yang baru kutemui, camku dalam hati.
Aku baru bertemu mereka 3 hari yang lalu.
Tapi, kenapa di hari terakhir ini, aku merasa bahwa ada bagian diriku di mereka. Aku melihat diriku di diri mereka.
Aku merasa aku punya banyak momen "me too!" dengan mereka.
Momen "me too!" ini begitu terasa di hari terakhir workshop. Ketika kami sama-sama menuliskan perasaan kami tentang beberapa hal.
Ini menyangkut kembalinya kami ke negara asal kami masing-masing.
Di ruangan itu, ditempeli beberapa kertas karton besar dengan judul di masing-masing bagian atasnya.
"How I see my community"
"Returning to school or work"
"Family and friends"
"My future goals and plans"
"My personal growth"


 How do you write a love letter to a place? To a time? To bittersweetness?