Kemaren di twitter, ada anon yang nanya:
"Gimana ya caranya supaya kulit putih?"
Terus ada yang komen; "Buat apa sih putih." "Cantik itu gak harus putih."
Aku sebagai yang punya kulit cenderung gelap, emang kadang gedeg sama orang-orang yang berpikiran bahwa yang cantik itu cuma yang putih aja. Udah bosan sama orang-orang yang nyuruh aku pake ini itu supaya kulit bisa cerahan. Padahal, dari semua skincare yang pernah dan lagi aku pake, aku paling menghindari yang ada efek whitening-nya. Aku gak pengen putih, ya karena emang kulitku aslinya gak putih. Atau, terang.
Aku menghargai banget orang-orang yang berpikiran luas dengan menghargai adanya perbedaan complexion pada kulit manusia, alias manusia di dunia ini punya berbagai macam warna kulit.
TAAAAAPIIIII, aku juga menghargai loh kalo ada orang yang memang pengen punya kulit warna terang. Kalo kita bisa memaklumi orang-orang berjemur supaya kulitnya tanned, kita juga harus bisa maklum ada yang bleaching kulitnya cupaya cerahan.
Open minded itu bukan cuma sekedar untuk hal-hal yang kita lakukan atau yang pikiran kita setujui. Tapi juga untuk hal-hal yang bertolak belakang.
Kau mau mutihin kulit? Ya silahkan.
Kau mau gelapin kulit? Monggo.
Lakukan tanpa menjelekkan satu sama lain.

Bagaimana kalau ternyata waktu tidak pernah menyembuhkan apapun?


Kita cuma terbiasa, dan waktu hanya mengikis apa yang kita rasa sedikit demi sedikit. 
Mulai bosan nangis, mulai bosan murung, mulai bosan termenung. 

Jadi, bersedihlah. Menangislah. Menyesallah. 

Nanti waktu yang akan mengikis perasaan-perasaan tidak mengenakkan itu. Bersabarlah, coba berdamai. Coba hadapi. Tidak usah buru-buru untuk memaksa diri bahagia. Habiskan dulu sedih kita. Atau, sisakan sedikit saja. 
Biar lega itu datang sendiri. 
Semua hal di dunia ini punya porsinya masing-masing. 

 How do you write a love letter to a place? To a time? To bittersweetness?