K A U

Kau sibuk mencari yang lain.
Lalu kau sedih karena diabaikan.
Kau tahu?
Aku disini, selalu disini,
Bersedia mendengar keluh kesahmu,
Menyemangatimu.
Lalu kau pergi lagi.
Seperti kata Letto:
"Kau datang dan pergi oh begitu saja
Semua ku trima apa adanya."

Gak Tau Mau Bilang Apa Untuk Hari Ini

Hah, malu nya aku hari ini. Mimpi apa ya aku semalam. Omongan ku kok bisa langsung kejadian gitu huaaaaa! Jadi ceritanya gini, tadi pagi aku ke sekolah buat pengajian. Jadi di gerbang sekolah ketemu Tipa. Tipa naik kereta. Kan kalo hari Minggu penjaga sekolah nya gak ada, yang bawa kereta disuruh jaga kereta nya masing-masing. Jadi si Tipa bawa keretanya masuk sampe ke depan Musholla. Nah, aku nebeng karena jalan dari gerbang ke Musholla lumayan dan aku juga lagi malas jalan. Pas lewat lapangan futsal, jalannya agak sipi-sipi gitu. Aku agak takut lah ni. Kubilang sama tipa :
"Tipa, rame kali yang ikhwan duduk di depan Musholla. Hati-hati, gak lucu kan kalo kita jatoh disini."
Aku sih gak ada firasat apa-apa pas ngomong gitu. Selang beberapa detik aku ngomong kayak gitu, terjadilah hal tersebut -hal yang kutakuti tadi, yang buat aku malu setengah mati sampe pengen nyembunyyin muka ku di tas aja- kaki tipa nyangkut di gawang lapangan futsal, dan..........itu gawang dengan enaknya roboh nimpah kami bedua. Penderitaan gak sampe situ aja. Itu gawang sumpah berat. Aku betul-betul gak siap, dan akhirnya, aku yang duduk nyamping di kereta Tipa ikut roboh sama gawang tadi dengan posisi yang sangat-sangat horor. Punggung sama kepalaku mendarat duluan ke lapangan semen, itu sih belum apa-apa, aku baru sadar sepersekian detik berikutnya kalo kaki ku masih diatas jok. Umagaaaa!! Aku udah gak tau mau ngapain lagi, kenapa aku gak pingsan aja tadi. Yang pertama kali kupikirkan adalah menurunkan kakiku yang posisinya itu bikin kekeh setengah mampus. Pas kaki ku udah turun, baru aku mulai bangkit. Tapi gak langsung berdiri. Aku duduk. Aku lihat ikhwan-ikhwan yang di depan Musholla tadi pada berhamburan ke arah kami. Ya Allah.... Mereka pasti lihat gimana jeleknya posisi jatuh aku. Terus gak lama setelah para ikhwan tadi membantu mengangkat jaing-jaring gawang yang menimpa kami, Dilla sama Fany pun datang untuk membantuku. Waktu itu aku masih terduduk lemas di lapangan. Mereka dengan polosnya nanya :
"Sakit, Win?"
"Aih weee, sakitnya gak kerasa. Malu nya ini."
Emang iya! Aku gak ngerasa sakit sedikitpun. Tapi muka ku ini rasanya mendidih. Untung aku gak putih. Kalo putih, kurasa udah kayak tomat mukaku ini iya. -__-'' Aku malu sama ikhwan-ikhwan tadi. Hiks. Apalagi mayoritas dari mereka adalah adik kelas ku. Huwaaaaaaa. Rasanya aku pengen nyopot muka ku dan nyembunyiin nya di tas pas mereka lewat di depan ku yang masih shock sambil senyam senyum gak jelas. Rrrrraaaaaawwrrr!!!!!!

I'm not in my mood

Gimana rasanya terabaikan?
Sakit?
Pastinya~
You are good speakers.
And I'm not a good listener.
Aku juga butuh didengarkan.
Aku juga manusia yang bisa ngerasa jenuh.
Jenuh karena terus-terus menjadi pendengar.

Aku betul-betul lagi gak mood akhir-akhir ini.
Aku butuh orang yang bisa dengar semua keluhanku.
Entah sudah berapa bulan aku cuma ngeluarkan unek-unek sama diari.
Oya, terkadang sama keyboard laptop ini.
Aku udah pernah nemuin orang yang benar-benar bisa deket samaku.
Dia tipe sahabat yang baru pertama kalinya aku temuin selama 12 tahun aku bersosialisasi.
Tapi Allah belum mengizinkan kami bersama untuk waktu yang lama.

Ya Allah, beri aku kekuatan ekstra.
Untuk menghadapi para good speakers ini.
Semoga mereka cepat sadar,
Bahwa dunia ini bukan hanya tentang hidup mereka yang indah.

Korean Fever

Korean fever, korean wave, atau apapun namanya yang berarti demam Korea!
Aku sedang merasakannya. Hahaha. Apa yang buat aku jadi demen hal-hal berbau Korea? Buanyaak!
Mulai dari genre musik mereka, drama-drama nya, semua nya itu bikin aku jatuh hati pada cerita pertama. Uuuuu. Lagu-lagu korea itu, easy listening, terus musik nya juga bikin semangat.
Kalo drama Korea, ceritanya seruuuu! Sekalinya sedih, bikin banjir, sekalinya lucu, bikin kekeh, sekalinya romantis, bikin senyam senyum sendiri. Ceritanya itu gak maksa dan bikin kita penasaran sama endingnya. Apalagi episode nya itu gak sampe berabad-abad. Drama Korea yang paling panjang yang pernah aku tonton itu Winter Sonata, kalo gak salah 28 episode. Itu ceritanya sedihh! Nilai yang bisa diambil dari Winter Sonata itu; "Kalo jodoh, gak akan kemana, walaupun rintangan nya seberat apapun, bahkan yang menghadapi hampir menyerah, jodoh itu gak akan ketukar." HAHAHAHA. Omongan ku makin ngaco. -____-'' Itu cuma salah satu contoh dari buanyak drama korea yang ceritanya itu, duuuh, bikin geram. Dulu aku nganggap kalo yang demen kali sama Korea itu banyak yang berlebihan. And now, hahahaha. Aku merasakannya.

Si Pengumpul Memori

Itu aku.
Yang selalu mengingat kenangan tentang mu.
Tentang semua yang pernah membuat hatiku berbunga-bunga.
Aku ingat tanggal kita pertama kali kenal.
Bahkan ketika itu, aku ingat suasana nya bagaimana,
Dan acara apa yang sedang berlangsung di tv.
Aku ingat semuanya,
Saat apakah aku akan menerima atau menolak mu di pertemanan  facebook.
Dan ku putuskan untuk menerimanya.
Aku ingat apa kalimat pertama mu di obrolan pertama kita.
Aku ingat apa saja pertanyaan mu waktu itu.
Aku ingat apa inbox mu ketika aku sedang tidak on.
Aku ingat apa janji aku dan kau waktu itu.
Aku ingat apa status yang kubuat untukmu.
Yang paling kau ingat,
Kau tahu bahwa status itu untukmu,
Dan yang kutahu, kau tak tahu aku melompat kegirangan saat itu.

Aku ingat percakapan paling ku hindari saat itu.
Percakapan yang kutinggalkan begitu saja.
Mungkin karena aku gugup.
Aku mendiamkanmu.
Lalu kau memulainya lagi beberapa hari kemudian.
Aku ingat semuanya.
Semuanya....
Dari awal, sampai akhir.
Sampai kesalahpahaman itu muncul.
Dan aku, yah, kau pasti tahu apa yang kulakukan waktu itu.

Sekarang, aku bersyukur pernah mengenalmu,
Pernah mengetahui sedikit tentang dirimu.
Pernah berbunga-bunga karena mu.
Dan pernah berubah mungkin karena belajar darimu.

Aku juga tak lupa bersyukur untuk kesalahpahaman itu.
Untuk duakalimat yang kuucapkan melalui inbox.
Untuk emosi aku yang saat itu tak terkendali.
Hingga kini,
Kau dan aku hanya sekedar kau dan aku.
Bukan kita lagi.
Aku berterima kasih untuk waktu,
Yang telah membawa tentang kau dan aku dulu ,
Menjadi kenangan saat ini.
Aku bersyukur untuk semua nya,
Dan untuk kenangan yang masih terekam rapi di otakku.

 How do you write a love letter to a place? To a time? To bittersweetness?