Craving for Asian Foods and TTU Discount

Kalo cerita makanan, aku jadi keinget minggu-minggu pertama ku disini. Struggling with nama-nama makanan yang aneh-aneh. Kalau beli apapun selalu minta yang "paling" pedas, tapi ujung-ujungnya selalu kecewa. Aku baru tau kalo pasta itu ternyata bukan saus, tapi mie. Iya, aku tau. Isi kepalaku cuma nasi padang. Buffalo itu bukan daging sapi, tapi saus yang katanya paling pedas. Keju itu banyak macamnya. Tiap beli sandwich bakalan ada 5 atau lebih pilihan keju. Gak tau pulak apa bedanya cheddar, mozarella, american, dan lain-sebagainya itu. Pokokny mereka keju. Udah. Aku biasanya cap-cip-cup kembang kuncup aja. Mana yang ketangkap mata duluan, itu yang kupilih. Dimana-mana, selalu ada keju. Dan kentang goreng. Atau chicken tender. Pokoknya jenis makanan yang bikin timbangan cepat gerak ke kanan itu. Aku ngerasa lelah aja kadang. Harus olahraga supaya memperlambat proses pembesaran badan.

Lalu salah satu temanku disini, suatu hari ngajak kami ke chinese buffet restaurant di dekat Walmart. Kami cuma perlu bayar 7 dollar-an (untuk lunch), dan udah bisa makan sepuasnya. Ada nasi, ada kepiting, udang, sate ayam, cumi, kerang. Benar-benar pengobat rindu kalo udah kesini. Ada satu makanan, aku kurang ingat namanya apa, kalo gak salah coconut shrimp, rasanya persis kayak lee hong kien yang di Nelayan!! Aku pengen nangis pas nyobain itu pertama kali. Akhirnya Ya Allah, aku jumpa makanan yang enaq disini. Gak cuma itu, ada sambal yang rasanya percis kayak sambal ABC ekstra pedas. Namanya sriracha. Aku gak perlu was-was lagi kao sambal sachset ku habis. Yeyeye.

FIRST ROUND

With taxes and everything, it's gonna be....

Semua orang harus bayar pajak disini. Meskipun kita gak kerja, dan bukan warga negara sini, tetap aja ikut bayar pajak. Karena pajak is everywhere. Ini jadi salah satu culture shock (gak parah-parah kali sih emang), karena kami juga harus bayar tax untuk belanja di supermarket. Sampo, odol gigi, baju, semua dikenakan pajak. Dan menurut taxfoundation.org, state tempat aku tinggal, Tennessee, punya pajak paling tinggi di seluruh US. Sudahlah, habis untuk bayar pajak ajalah uang jajanku ini.  Hahaha. 

Kata salah satu temanku yang udah pernah jalan-jalan ke Eropa, waktu itu, dia ngumpulin semua bon belanjaan dia di Eropa. Pas dia mau balik ke negaranya, dia dapat refund di bandara. Atas semua tax yang dia bayar. But that's in Europe, gak tau disini gimana. I would end up bringing 1 suitcase full of receipts kalo kayak gitu nanti. And most of them would be foods' receipt.

Somebody is going to sit on that empty chair to cheer an empty heart

 
Bryan Concert Hall, TTU 
29 Oktober 2016
 

BLOOPERS CHOCOLATE!

Best day of the week!
Hari ini, host Mom nya Honggyoung Eonnie ngajak kami ke Russell Stover shop. 
Russell Stover itu salah satu cokelat yang bisa dibilang mahal, berkualitas, dan enak. Kata Honggyoung sih, aku gak tau banyak tentang cokelat ini. 
Apa yang bikin kami tertarik buat datang ke toko ini? Terutama aku, yang lagi bokek berat. Ialah diskon 50% yang mereka punya. 



Travelling Partners

When it comes to a great place, US has a lot of it.
Every state has their own impression.
Kalau pas lagi musim gugur kayak gini, biasanya tempat-tempat yang ramai itu kaya Florida, atau California, yang banyak pantainya. Intinya, ke tempat yang lebih warmer.
Tapi, aku dan 2 orang teman ku memutuskan untuk pergi ke New York, yang notabene lebih dingin dari Tennessee.
Mereka adalah Lee Honggyoung dari Korea Selatan, dan Limara dari Kazakhstan.
I'm glad to have them on my journey.
Mereka udah pernah jalan-jalan ke Eropa, while aku baru menginjakkan kaki di luar negeri pertama kali.
Mereka udah terbiasa sama beberapa hal kayak how to pack your 5 days life in one backpack (karena airline cuma ngasih 2 carry on baggages, kalo mau lebih, bayar lagi.)
Aku belajar banyak dari mereka. Mungkin cerita tentang mereka akan aku tulis di postingan terpisah. I'll definitely write a post about them!
Dan, yah, mereka juga tukang selfie, dan foto. Just like me. Just too perfect to be my partners. Hence, we took a lot of pictures.
Here you go!



 

Pictures of New York

Times Square

M&M World

Entrance to Central Park

Central Park


Central Park

The Plaza Hotel (appeared in Home Alone 2)

Manhattan

Saying Goodbye to Summer, Welcome Fall =D

Hampir di semua toko, outfit-outfit summer diobral murah. Aku jumpa sendal cantik di Payless harganya 5 dollar! Pas aku lagi lihat-lihat, salah satu temanku nyamperin.
"Winni, winter is coming up, why do you look at it?"
"Well, I don't have winter on my country. So, I can buy it and use it to my country."
"That's good, then."

Jadih, bagian favoritku di toko-toko perbelanjaan sekarang adalah Summer Section. Because almost gak ada orang yang bakalan beli sesuatu yang berbau summer disaat suhu mulai mendingin kayak gini. 

Yep, it's getting colder in here. Pendingin ruangan juga kayaknya udah di stel jadi sedikit hangat. Tapi, buatku, tetep aja masih kayak kutub utara. Biasanya, aku jarang belajar di kamar. Kalo terpaksa belajar di kamar, aku bakalan ke toilet every 15 minutes, buat ngebasuh tangan pake air super hangat. Kaki juga kadang-kadang. Kalo mandi, jangan ditanya, aku lupa kapan terakhir kali aku mandi pake air dingin. Mungkin pas di Indonesia. Mandi pake air hangat jadi salah satu hal baru yang paling aku suka. Soalnya bisa sedikit ngilangin pegel-pegel, dan gak perlu rempong masak-masak air di panci terus masukin ke ember, campur air dingin sambil di rasa-rasa, kira-kira udah cukup gak ya. Kalo salah nakar aja, atau kelebihan 1 gayung air dingin aja, gagal nikmatin air hangat (ini pengalaman di Indonesia banged).
Disini, kalo mau mandi air hangat tinggal puter keran aja. Dan itu, bikin nyaman banget, terutama di suhu yang mulai dingin kayak gini. Meski ada artikel yang bilang kalo sebaiknya sehabis mandi air hangat harus diakhiri pake air dingin, supaya pori-pori kulit gak terbuka (dan bisa menyebabkan jerawatan). Bodo amat lah, mending jerawatan daripada kedinginan. 

Beberapa hari yang lalu, saat suhu Cookeville turun drastis, aku kena kejutan listrik pas megang gagang pintu. Aku gak ingat apa teori nya, kayaknya itu berhubungan sama Fisika. Ya gak sih? 
Dan itu, lumayan sakit. 

Pengen ngebersihin IG, ngerapihin, ngebuat jadi lebih tertata dan konsisten updatean nya.
Which means, kurangin foto-foto selfie, kurangin foto-foto gak penting, take more valuable pictures.
Can I?

Aku hanya cemas, kalau-kalau, yang kutunggu ternyata sudah memberi tanda bahwa dia tidak akan datang - namun aku tidak mengerti.

BUK AN!!!

Last night, I was having a short conversation about friends, with one of my friends.
Aku jarang merasa kesulitan untuk menemukan teman-teman baru, tapi untuk menjaga hubungan dengan teman-teman, itu yang kurasa sulit.
Apalagi setelah jauh seperti ini.
Beberapa kali aku merasa, aku mulai kehilangan satu-persatu temanku, atau kalau tidak hilang, hubungan kami merenggang. Memang sulit menjaga komunikasi itu.
Tapi, ada satu teman, kami bukan teman dari masa kecil, bukan juga teman yang udah kenal bertahun-tahun. Kami baru kenal bulan Juni kemarin. Karena KKN.
Tapi, aku merasa nyaman untuk cerita tentang apapun dengannya.
Ada kan orang-orang yang seperti itu, kita belum mengenalnya terlalu lama, tapi kita sudah bisa percaya dengannya.

"I'm thinking about going abroad, doing an exchange, like you guys."
"What country you've been thinking of?"
"A lot. Haven't decided yet."
"How long will it take for you to finish your study?"
"5 years"
"Well, it's quite long, compare to others"
"Yes, it is. Beacuse I'm minoring in Military Nurse, and I wanna make sure that I understand every single thing, not just go through it."

Namanya Madison, dia salah satu teman ku di asrama, dia mahasiswa Amerika yang asalnya dari Nashville, Tennessee. She is a lovely person, and friendly too. 

This is my first post with the label of Humans of My Life. I've been thinking about making one, karena beberapa waktu yang lalu, aku ketemu project kawanku, Indah. 
If you are a big fans of Humans of New York nya Brandon Stanton, pasti tau ini akan menjadi seperti apa. 
Aku tidak tinggal di New York, tapi Humans of My Life gak kalah menginspirasi dari Humans of New York. 
Aku bertemu banyak orang-orang setiap hari, mulai dari hanya saling sapa, having a small talk, atau bahkan a deep talk.  
Aku mungkin belum terlalu mahir merangkai kata, tapi aku berusaha agar percakapan-percakapan yang menginspirasi ku setiap hari, akan berada disini. 
Mungkin tidak semuanya, mungkin tidak persis seperti itu, karena aku punya keterbatasan memori, dan tidak selalu punya kesempatan untuk mencatat saat itu juga. 

Appreciation Post

Tulisan ini sebenarnya aku tulis beberapa bulan yang lalu, saat liburan semester, saat portal mulai menunjukkan nilai-nilai untuk setiap mata kuliah yang kami ambil. Aku menemukan tulisan ini tanpa sengaja, belum selesai. Dan tadi pagi, aku menyelesaikannya. Tulisan ini untuk sahabat, dan rekan sekelompok ku, Mutiara Yulanda Adha. 

Nilai praktikum yang katanya paling seram semester ini sudah keluar. Aku dan partnerku dapat C+. Nilai yang gak bagus-bagus kali memang. Aku gak mau bilang kalau kami pantas dapat itu. No. We deserve higher. Tapi yaudahlah, bukan itu yang mau aku bahas disini. Toh itu hak asisten kan mau ngasih nilai apa.
Kami mah apa, cuma praktikan yang gak bisa nyembunyiin muka kesel ketika asisten yang selalu heboh masalah waktu, datang telat.
Kami mah apa, cuma praktikan yang berfikir bahwa semua asisten itu kompeten dan mereka paham tentang mata kuliah yang bersangkutan. Ya memang seperti itu kan seharusnya?
Kami mah apa, cuma praktikan yang kadang mempertanyakan hal-hal kecil tapi malah dikira nantangin.
Kami mah apa, cuma praktikan yang berusaha untuk memperjuangkan hak-hak kami. Kami berhak keberatan jika memang itu kami rasa berat, kan?
Kami mah apa, cuma praktikan yang suka kesel ketika asisten terkadang lupa bahwa mereka juga pernah salah, tapi membesar-besarkan salah kami, yang kadang kesalahan itu juga masih mereka lakukan.
Kami mah apa, cuma praktikan ^^v

Aku beruntung sekali punya partner yang really fit to me this semester. Fit ini bukan maksudnya kami satu tingkah. Dia tidak se-tukang komplen aku. Dia pendiam. (Aku juga pendiam sebenarnya. Pendiam kalo lagi makan dan tidur. )
Partnerku ini gak banyak omong, sabar kali tiap aku merepet, kesel, senang, ketiduran.
Partnerku ini udah pernah lihat aku diberbagai situasi - bahagia, tertekan, marah, nangis sekalipun. Aku bahkan pernah nangis sambil boncengin dia naik motor.
Partnerku ini pernah beliin aku getuk disaat aku lagi sibuk buat gambar dan gak ingat kalau belum makan seharian. Even it's only a getuk. No, it's a lot! Aku kenyang Alhamdulillah!
Partnerku ini gak pernah maksa aku buat begadang, padahal aku memang harus begadang, kalo gak begadang ya laporan kami gak selesai.
Partnerku ini amfibi- bisa hidup di dua dunia. Ngerti kedua bagian laporan, perhitungan dan gambar. Padahal kebanyakan kelompok itu anggota nya hanya melakukan apa yang mereka harus lakukan. Anak perhitungan hanya mengurusi perhitungan, begitu pun anak gambar. Tapi partnerku adalah anak perhitungan yang paham gambar.
Partnerku adalah partner yang mau nyari every single thing sendiri dan mempelajarinya cuma dari internet. Aku mah ogah, mending nanya orang yang udah paham.
Partnerku adalah penyempurnaan dari sekian banyak kurang yang diriku miliki.
Partnerku adalah kebaikan-kebaikan untuk banyaknya burukku.

Partnerku yang kalem dan aku yang pecicilan.
Partnerku yang pandai sekali menyembunyikan emosi dan aku yang  emosian dimanapun dan kapanpun sesukaku.
Partnerku yang bersuara lembut dan aku yang mungkin waktu kecil pernah ketelen TOA.
Partnerku yang sabar sekali, tapi punya satu kecemasan: takut sekali jika praktikum ini membuat dia jatuh sakit.
Tidak worth it sekali praktikum jika harus dibayar dengan kesehatan.

Jika saja aku bisa protes untuk partnerku, aku akan protes atas nilai C+ yang didapatnya.
Aku selalu cemas jika tingkahku kepada lab ini berimbas ke partnerku. Aku tidak begitu masalah mendapatkan masalah, toh masalah akan selalu ada selama kita hidup.
Aku tidak masalah untuk melakukan lebih jauh dari apa yang telah aku lakukan.
Tapi, aku selalu terbayang, bisa saja penilaian yang mereka lakukan tidak melihat kita sebagai diri kita sendiri, tapi melihat siapa partner siapa. Bisa jadi. Aku pun tidak tahu.
Aku yakin sekali partnerku pantas mendapatkan nilai tinggi. Lihatlah, dia mampu melakukan kedua hal yang paling penting di praktikum ini, Excel dan Autocad.

Aku yakin partnerku tidak masalah dengan nilai ini. Dia selalu saja tidak masalah dengan masalah-masalah yang kubuat. Tapi tidak masalah nya kali ini memang benar-benar tidak masalah, ternyata.
"Ndan, maaf ya, gara-gara aku bandel dan lelet mungkin kita dapat C+ ini.", tulisku di Line saat itu juga.
"Ih, biasa aja, gak kupikirin kalipun itu. Gak berpengaruh kali."
"Tetep aja kan itu terpampang,"
"Udahlah, yang penting nilai di portal baik."

Nilai di portal itu nilai akhir mata kuliah, 3 sks; 2 sks di kelas,  1 sks praktikum. Jadi meskipun praktikum dapat C, bisa saja itu tidak teralu berpengaruh ke nilai akhir kalau nilai di kelas bagus-bagus.

Dan, memang kecemasanku sepertinya memang tidak berarti. Kalian tahu apa nilai yang didapat partnerku di portal?
A!
A SAUDARA-SAUDARA!

Nilai Ara membuktikan dan menjelaskanku akan banyak hal. 
Bahwa sabar dan menjadi orang baik itu tidak akan pernah membuat hal-hal menjadi buruk
Terima kasih banyak, Ara. :')
I'm wishing you a very great life.  


20 Juli, 2016

Semester Ini...


Di semester ini, aku tidak berharap waktu cepat berlalu.
Aku tidak menunggu-nunggu UTS dan UAS, untuk kemudian pulang ke Medan.
Aku tidak menghitung-hitung minggu agar aku bisa secepatnya berada di 2 minggu terakhir, dan memesan tiket pulang.
Aku tidak kehilangan berat badan, malah bertambah drastis di bulan pertama.
Semester ini, adalah semester yang sudah kutunggu selama tiga tahun.
Semester ini, tidak ada hal-hal berbau senioritas.
Semester ini, aku menghapus lagu Bad Day- Daniel Powter dari hapeku.
Aku juga belum pernah mendengarkan lagu JKT 48- Apakah Kau Melihat Langit Mentari Senja untuk menghibur diriku, seperti yang selalu kulakukan di semester-semester sebelumnya.
Aku merasa menjadi mahasiswa seutuhnya di semester ini. Mungkin terkesan lebay.
Ya tapi, begitu.
Kehidupan kuliah yang seperti ini yang dari dulu aku inginkan.
Tidak ada senioritas, tidak ada waktu yang terbuang karena menunggu, tidak ada hal-hal tidak penting yang aku tidak bisa memilih selain untuk mengikutinya.
Aku bertanggung jawab penuh atas setiap detik yang aku punya di semester ini.
Aku menjadi yang paling muda di kelas, salah satu kawan se-grup aku sudah berumur 40an tahun.
Tapi siapapun akan saling menghargai, tidak merasa lebih hebat karena lebih tua, pun yang muda, tidak merasa minder untuk bersuara dan mengeluarkan pendapat hanya karena umurnya lebih kecil.
Orang-orang yang aku jumpai setiap hari, ibarat buku. Aku ingin membaca mereka, mengetahui tentang hidup mereka, dan menelusuri jalan pikiran mereka.
Setiap percakapan dengan mereka, ingin sekali rasanya aku rekam, untuk kuulang kembali suatu saat nanti.
Perjalananku semester ini, adalah perjalanan yang untuk mendapatkannya, aku harus menempuh malam-malam tanpa tidur, hari-hari dengan kegelisahan, dan doa-doa yang tak pernah putus kupanjatkan.
Untuk siapapun, ketika perjuangan terasa semakin keras, dan hampir membuatmu putus asa, itu mungkin tanda bahwa sesuatu yang baik sedang berada dekat sekali denganmu. 
Jangan pernah menyerah.
Dan jangan lupa untuk melibatkan Tuhan.
Kalau sudah, maka tidak ada yang tidak mungkin. 

I LOVE YOUR....

Kebebasan berekspresi memang benar-benar ada di negara ini.
Hal tersebut bukan cuma dalam lingkup "politik" saja, tapi dalam kehidupan sehari-hari.
Sejak perkuliahan dimulai, dan mahasiswa asli sini udah mulai tinggal di asrama (mahasiswa internasional check-in lebih dulu ketimbang mahasiswa US), aku sering mendapatkan kata-kata:
"Oh I love your outfit."
"You look nice with that pajamas."
Padahal, kami belum kenal satu sama lain.
Merupakan hal yang biasa bagi mereka untuk mengekspresikan kesukaan mereka terhadap apa yang ada di sekitar mereka. Pernah suatu pagi, di jalan ke kelas, ada yang bilang gini samaku:
"I love your hijab.", aku berhenti mau bilang makasih, tapi dia udah ngeloyor pergi. Dia bilang itu sambil jalan, jalan super cepat ala orang-orang barat.
Satu lagi yang paling aku ingat, waktu aku ngantri di Whichwich, aku bosan dan ngelihat sekeliling, tiba-tiba ada cewek di belakang ku langsung kaget dan bilang:
"I'm sorry."
"For what?", aku bingung.
"I was staring at your backpack, and then you suddenly turn around. I like your backpack, it's so cute."
HAHAHA! Aku bahkan gak tau kalo dia ngeliatin tasku.

Yah, begitulah.
Karena kebebasan itu, kadang-kadang mulutku juga gatel pengen komen sama orang-orang yang lewat. Karena, ini Amerika, banyak sekali hal-hal yang baru bagiku, yang buat aku penasaran, atau setidaknya pengen komen: WAAAH, KEREN!
Tapi, karena aku gak (atau belum) terbiasa sama itu, jadi ya aku kebanyakan diem aja.
But seriously, banyak sekali hal yang sebenarnya commentable, kayak pas masih musim panas, banyak orang yang jogging sore-sore, mereka biasanya pake outfit yang keren-keren, ya, cuma sport bra sama celana pendek sih. Tapi warna dan motifnya itu loh, lucu-lucu. Aku gak bisa ngebayangin diriku komen : waaah, sportbra nya kereeeen. Atau: warna rambutnya cantik, di cat pake apa?

Anyway, you can't judge people by their appearance in here. You shouldn't.
Karena aku baru jumpa satu cewek pagi ini, dia pake tindik di kuping sama hidung, makeup pol-polan, rambut warna pink, tapi bawa ransel gede dan nenteng buku setebal bantal yang judulnya: ARTIFICIAL INTELLIGENCE.  

I can feel it, I'm in US university life.

...

"I'm bored."
"Go to sleep."
"I'm bored, not tired."
"I'll sleep when I'm bored and tired, so."
"Nope, I don't really care for sleep. I mean yeah there's the whole rest and rejuvenation thing about it, but often you miss out on stuff."
"Wow, never thought that way. I usually go to sleep if I have lot of stuffs I want to skip or just want to stop thinking about it for a while."
"I can appreciate that. I prefer distraction. What kind of stuff gets skipped over?"
"Tough day."
"Those always are worth skipping, but how do you know if it was tough or not if you sleep through it"
"..."

 How do you write a love letter to a place? To a time? To bittersweetness?