Sang Pemimpi

Sepertinya, aku sudah menemukan puing-puing semangat yang kemarin sempat terserak.
I'm happy knowing that, mereka juga ternyata masih sang pemimpi yang aku kenal dulu.

Aina, Dinda, Dina, Indah, Irna, Indrit apakabar?
Semoga Allah selalu melindungi langkah kita.
Aku senang dan bersyukur pernah kenal dan bareng kalian.
Kita semua, walaupun terpisah jarak -dan bahkan waktu, tapi tetap satu jalan. Jalan ke impian kita.
Bahkan sudah ada yang sedang menjalani mimpinya di Amerika. We proud of you, Ndah.
Buat calon applier Monbusho, good luck. Berjuang. Semoga berhasil.
Begitu juga buat yang punya keinginan lain.
Buat para scholarships hunter.
Mungkin jalan kita gak akan semulus yang kita bayangkan.

"Be strong."

Itu kan kata yang pernah kita kenal dari novel yang dulu pernah kita baca.
Sedekat apapun kita pada impian, kalau memang belum waktunya, ya gak akan dapat.
Sebaliknya, sejauh apapun mimpi kita, sesulit apapun kita rasa jalan yang akan ditempuh, atau bahkan kita tidak tahu jalan menuju kesana, jika Allah menghendaki, everything is possible.

Tetap berusaha ya teman-teman, tetap berdoa, tetap tawakkal. Mungkin impian kita akan datang dengan cara yang tidak pernah kita duga.

Ya Rabb, pertemukan kami lagi suatu saat nanti. Entah di Trafalgar Square-seperti sahibul menara, atau dimanapun yang dulu sempat kami impikan. Jaga mereka, jaga kami, peluk mimpi-mimpi kami...

With love,
Teman kalian yang pernah jadi atlit tenis meja paling kece,

Winni-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 How do you write a love letter to a place? To a time? To bittersweetness?