random thought: Packing

Sebenarnya mau dijudulin "Merantau" tulisan ini, tapi terlalu emosional kayaknya. Soalnya ini cuma ngebahas salah satu proses dalam merantau: packing. 

Beberapa hari terakhir, aku sibuk bongkar-muat koper sama barang-barang di Padang. Ini packing terakhir sebelum aku ninggalin Padang. Kemarin udah beberapa kali balik ke Medan sekalian nyicil barang bawaan. Karena ijazah udah keluar, jadi ya ini trip terakhir. Sigh. Syedih. 

Kenapa bongkar-muat? Karena gak semua barang bisa masuk koper. Aku harus menaruh prioritas pada setiap barang yang mau dimasukin ke koper. Keputusan suuuuliiiiit. Soalnya pas saat-saat kayak gini, semua barang tiba-tiba jadi penting, semua barang tiba-tiba punya nilai kenangan yang gak rela dilepas. 

Kalau dibandingin, packing saat pergi menuju perantauan dan balik dari perantauan, ribetnya sama. Walau mungkin emosi yang dirasain jauh beda. Dulu waktu mau merantau ke Padang, aku sampe bawa odol, sabun, shampo di koper. Snack-snack juga entah kenapa aku paksain masuk koper. Padahal ya, barang-barang kayak gitu juga ada di Padang. Sama juga saat aku mau ke Amerika, ini lebih ribet lagi. Segala saos dan sambal belacan kubawa. Plus indomie berbagai rasa. Takut banget kelaparan di negara orang. Meski ribet, tapi ketakutan untuk gak menemukan hal-hal yang jadi kebutuhan sehari-hari dengan mudah di awal-awal, menjadi alasan koperku selalu overweight kalau mau bepergian lama.

Setelah selesai merantau di satu tempat, packing untuk balik ini juga sulit. Dan lebih emosional. Waktu balik dari Amerika, lebih dari 75 persen bajuku kutinggal, yang kubawa adalah printilan barang lucu dan kenang-kenangan dari teman-teman, oh iya, karena aku orang Indonesia, gak lupa dong; oleh-oleh. Baju jadi barang yang paling sering aku korbankan untuk ngasih space ke hal-hal seperti diatas. 

Walaupun cuma 4 bulan di Amerika, tapi aku benar-benar pusing sama masalah packing waktu itu. Dan di Padang, aku menghabiskan waktu 5 tahun. Bisa terbayang kan gimana pusingnya kepalaku untuk memaksimalkan memori selama 5 tahun itu muat dalam beberapa koper. 

Tapi, aku baru menyadari satu hal, bahwa pada akhirnya, hal-hal yang paling ingin kubawa pulang, adalah hal-hal yang gak bisa kumasukin dalam koper. 

Padang, Agustus 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 How do you write a love letter to a place? To a time? To bittersweetness?