Nanti-

Nanti, semua ini akan beranjak pergi. 
Aku tidak akan berdebar lagi ketika membaca pesanmu, atau gelisah menunggu balasanmu ketika aku tidak bisa membendung keinginanku memulai percakapan. 
Nanti, aku akan terbiasa mengunjungi tempat-tempat yang sering kita datangi, tanpa perlu menghela nafas berat dan bersusah payah menahan bening di mata.
Nanti, aku akan belajar untuk tidak menghindari pertanyaan orang-orang di sekitarku tentangmu, "Dia mana?", yang saat ini hanya sanggup aku balas dengan senyum tipis. 
Nanti, semua ini akan berakhir.

Seperti janji akan bahagia yang dulu pernah kau tawarkan untukku, kesedihan ini juga tidak akan abadi, kan? 

Cikini, September 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 How do you write a love letter to a place? To a time? To bittersweetness?