Pagi-pagi sekali saya terbangun, masih dengan alasan yang sama; mengira ada telfon dari kamu. Padahal hp saya sudah saya matikan sebelum tidur. 
Saya tidak begitu ingat apa mimpi saya tadi malam, tapi sepertinya ada kamu. 
Saya memutuskan untuk tidak tidur lagi meski waktu menunjukkan masih pukul 3 pagi. 
Saya takut, saat saya tertidur, kamu akan hadir di mimpi saya, akan sulit bagi saya memulai hari jika sudah sendu begitu. 
Saya memutuskan untuk merapikan kamar, membuka laptop, mencari film yang belum saya tonton. Hingga akhirnya matahari muncul, saya senang sekali. Setidaknya saya sudah tidak perlu berusaha menahan kantuk. 
Saya ingin berjalan-jalan sendiri hari ini, meski langit begitu cerah dan udara begitu panas. Saya tetap pergi. Saya butuh tempat ramai, saya butuh melihat banyak orang berlalu lalang. 
Di kereta yang tidak terlalu penuh dengan orang-orang ini, saya merasa kesedihan masih setia menggelayuti saya. Saya berdiri menghadap pintu, memandangi bangunan-bangunan yang kabur, pertama karena kereta melaju kencang, kedua karena saya merasa ada air yang berusaha tumpah dari mata saya. 
Pikiran membawa saya pada waktu-waktu yang sudah tidak ingin saya kunjungi lagi. 
Saya ingin melupakan rasa sakit ini. 
Saya ingin melupakan kenangan ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 How do you write a love letter to a place? To a time? To bittersweetness?