Kayaknya tulisan tentang kerja praktek gak akan aku selesaikan semua. Pertama karena udah lama lewat dan aku gak update tiap hari, kedua karena emang males. Tapi malesku bukan males pasif loh (males ngapa-ngapain). Kurasa ini sejenis males aktif. Males ngerjain sesuatu karena terlalu sibuk dengan yang lain.
Ya taulah, aku kan emang mahasiswa (sok) sibuk se-dunia akhirat.
Kerjaan ku tiap hari banyak. Kayak praktikum, terus praktikum, abis itu praktikum lagi.
eh? Hidupku kok isinya praktikum aja ya? WK.
Sebenarnya bukan praktikum, tapi buat laporan. Kami gak ada praktik-praktiknya. Data udah ada, metode ditentukan, laporan aja yang belum dibuat. Jadi pembuatan laporan itu dinamakan praktikum. Well.
Oke aku gak akan bahas praktikum di tulisan dengan judul kerja praktek ini.
So, aku udah selesai buat laporan KP ku dan udah di seminar kan juga. Selama proses bimbingan, I learned a lot of things. Karena pembimbingku adalah salah satu dosen favoritku! Dosen yang punya banyak buku dan hobi baca buku. Dosen yang punya pengetahuan luas dan gak pelit bagi ilmu. Dosen yang hampir tiap minggu selalu ada acara keluar kota dan keluar negeri. ONE WORD: AWESOME.
Pembimbing ku ini pernah jadi dosen mata kuliahku di semester sebelumnya. Mata kuliah Manajemen Proyek dan Kewirausahaan. Mata kuliah yang cukup luas penerapannya di dunia nyata.
Pas kuliah sama pembimbingku ini lah aku pertama kali tahu tentang Sillicon Valley. Like, seriously, anak teknik industri baru dengar kata Sillicon Valley di semester 5. Kemana aja, tjoy?
Selama kuliah sama pembimbingku ini juga lah aku sadar bahwa, gak ada orang sukses tanpa buku. Kalo mau sukses, biasakan diri untuk akrab dengan buku. Baca buku. Banyak hal-hl tentang dunia ini yang sebaiknya kita mengerti. Apalagi jaman serba canggih gini, kita di timur tapi bisa tau keadaan di barat dalam waktu beberapa detik: internet.
Tapi yah, begitu memang mahasiswa sekarang, termasuk aku. Punya banyak waktu untuk scroll instagram tapi gak ada waktu untuk baca berita. Jadi deh punya status intelektual tapi gak tau apa yang terjadi di negaranya sendiri.
Pun selama bimbingan dengan Bapak pembimbing aku ini, aku belajar banyak hal, terutama tentang menulis. Bahwa kegiatan menulis itu memang butuh keseriusan. Gak ada mood-mood an. Kalau menulis itu perkara mood-mood an, mungkin kolom-kolom di koran banyak kosong kalo penulisnya lagi pada PMS hahaha. Menulis adalah kebiasaan, dan keseriusan. Membiasakan diri untuk membaca, agar isi tulisan lebih baik, membiasakan diri untuk membaca tulisan sendiri, supaya gak ada typo-typo, membiasakan diri untuk bersabar, karena ide menulis itu kadang gak datang pas kita lagi butuh. Membiasakan diri untuk disiplin, karena ada deadline yang harus dipatuhi. Menulis juga tentang keseriusan. Serius untuk mendalami satu topik khusus. Serius untuk mencari ilmu apapun yang terkait dengan topik tersebut. Serius untuk tetap menyelesaikan tulisan apapun yang terjadi.
Meski hidupku semester ini diganggu habis-habisan oleh buat laporan (praktikum), tapi aku berusaha untuk selalu punya waktu untuk baca buku, untuk menyelsaikan target-target tulisanku, untuk mencoba merenung-renungkan nasihat-nasihat pembimbingku setiap bimbingan.
Meski terkadang buku-buku ku telipat-lipat gara-gara aku ketiduran dan menindihnya ketika baru membacanya 1-2 lembar, meski terkadang tulisan-tulisan ku cuma berisi keluhan dan ketidak-terimaan, tapi aku mencoba untuk menjadi seseorang yang lebih baik.
Aku mungkin masih sering mengeluarkan kata tidak ma'ruf ketika membuat tulisan yang mengkritik, tapi aku juga menyesal setelahnya, dan mencoba untuk tidak mengulanginya. Meski nada sinis masih kental di tulisanku, tapi itu semata-mata karena aku ingin teman-teman dan orang-orang di sekitarku membuka mata terhadap sekitar, meski mataku pun masih tertutup kadang-kadang. Aku memang masih banyak kurangnya, pun masih banyak yang belum ku ketahui tentang dunia ini. Tapi aku tahu, bahwa menjadi mahasiswa apatis yang cuma ngejar nilai dan gak peduli tentang kehidupan di sekitarnya, bukanlah mahasiswa yang baik. Bahwa menjadi mahasiswa yang mau disibukkan oleh hal-hal yang gak berguna dan gak berusaha untuk melepaskan dirinya, memperjuangkan hak-haknya, juga tidak pantas disebut intelektual calon penerus generasi. Bagaimana kita bisa memperjuangkan hak-hak orang lain- yang membutuhkan kita untuk berjuang karena mereka berpikir bahwa kita adalah pejuang-pejuang masa depan- sementara kita tidak mampu berbicara untuk diri kita sendiri, sementara kita masih mau memaklumi hal-hal gak berguna di sekitar kita dengan dalih bahwa itu sudah ada sejak dulu kala.
Mahasiswa adalah agen perubahan.
Mahasiswa adalah pejuang-pejuang tangguh masa depan.
Mahasiswa adalah makhluk-makhluk revolusioner.
Mahasiswa satu ini baru saja menyelesaikan laporan kerja prakteknya, proyek menulis dia yang mungkin paling menantang semester ini. Karena perjuangannya adalah melawan kemalasan dirinya sendiri, melawan kecendrungan untuk menunda-nunda pekerjaan yang sayangnya adalah salah satu hobinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar