K K N

Kota Solok jadi tempat pelaksanaan KKN bagi ku dan 81 mahasiswa UNAND lainnya. Kami dibagi menjadi 5 kelompok yang ditempatkan di 5 kelurahan. Masing-masing kelompok terdiri dari 18-20 orang.
Oh iya, KKN (kuliah kerja nyata) itu merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa yang sudah melewati semester 6. Jadi hampir seluruh mahasiswa UNAND angkatan 2013 gak pulang selama puasa ini. Kami menghabiskan puasa bersama teman-teman sekelompok, di daerah yang mostly adalah daerah pelosok, yang jauh dari kota, dan kadang jauh dari sinyal. 
Tapi Alhamdulillah, ditempatku tidak jauh dari kota dan sinyal 3 kencang. Makanya aku masih tetep bisa nge-blog. 

Kota Padang, Solok, dan Payakumbuh adalah lokasi KKN tematik tahun ini. KKN tematik itu agak berbeda dengan KKN reguler. Kalau tematik, biasanya memang ditujukan untuk melihat masalah-masalah di daerah yang sudah cukup maju dan bisa disebut "kota". Pogram kerja KKN tematik ditentukan oleh dinas PUPERA (Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat), jadi kami hanya tinggal menjalankan. Kebanyakan tugas kami adalah survey dan pengumpulan data. 
Bebeda dengan KKN reguler yang prokernya tidak ditentukan oleh siapapun kecuali mahasiswa KKN itu sendiri, dan lokasi-lokais KKN nya pun biasanya agak menuju daerah-daerah terpencil. 
Aku sebenarnya ingin-ingin saja KKN di tempat seperti itu, pasti akan banyak pelajaran yang bisa diambil. Tapi mengingat sinyal susah itu, aku mengurungkan niatku, dan mendaftar KKN tematik saja. Setidaknya, daerah nya sudah dipastikan adalah perkotaan. 

KKN dilmulai tanggal 15 Juni 2016. 
Tapi di hari itu hanya ada acara pelepasan dan penerimaan mahasiswa KKN oleh pihak kampus dan pemerintah Kota Solok. Kami mulai bergerak menjalankan proker di hari kedua. 

Solok itu adalah dataran tinggi, dan di hari pertama aku sampai disini, memang benar bahwa walaupun matahari bersinar terang, udara masih tetap sejuk. Tidak seperti di Padang yang panasnya sampai menembus tembok. Setidaknya, itu kesan pertamaku terhadap kota ini. 
Di hari kedua, kami yang ber-18 itu dibagi lagi menjadi 3 kelompok, yang akan survey di  3 RW. 
Aku dan teman sekelompokku akan melakukan survey di RW 5. Beruntung menurutku, karena daerah rumah kami adalah RW 5, jadi kami tidak perlu jauh-jauh mencari. Bisa jalan kaki saja. 
Aku yang paling semangat ingin jalan kaki. Karena saat itu aku belum tahu bahwa matahari sedang semangat-semangatnya bersinar diluar. 
Kami pun sepakat untuk jalan saja mengelilingi RW 5. 


Dan ternyata, Solok punya bakat yang setara dengan Padang untuk buat kami menyipitkan mata dan ingin segera pulang saja, ngadem di depan kipas angin. LUAR BIASA PANAS Solok hari ini. Untung beberapa diantara kami ada yang membawa payung. Gak tahan, Tjoy.Mana lagi puasa. Bahkan yang laki-lakinya pun rebutan ingin berteduh dibawah payung.

Beberapa menit kami memakai payung, orang-orang yang lewat melihat kami. Agak aneh juga sebenarnya dilihatin seperti itu. Mungkin bagi mereka tidak biasa melihat orang berpayung-payung. Mungkin bagi mereka itu kelihatan manja. Tapi, seriously, ini luar biasa panaaaas. Kami tetap pakai payung dan pura-pura bodo aja sama pandangan orang sekitar. Hingga akhirnya, ada Ibu-ibu yang bersorak dari tepi jalan:
"Manga bapayuang-payuang, diaak..." (ngapain pake payung segala, dek)
Kami tatap-tatapan, dan tanpa komando langsung menutup payung serentak. 
Kami masih bisa menahan tatapan sinis, tapi kalau sudah ada yang berani berbicara, kami mending ngalah. Ini kampung orang, Tjoy, dan ini baru hari pertama kami jalanin program.
Kami pun kembali bersipit-sipit ria dan mempercepat langkah. 

Hari ini, kipas angin jadi benda rebutan di rumah. 
Hari ini, Solok meruntuhkan imajinasi ku akan kota yang sejuk dan gak bikin berkeringat. 
Aku teringat beberapa jaket di koperku. Sepertinya, ada jaket yang tidak akan tersentuh sampai siap KKN nanti. 

Be kind, Solok. 
Kami masih harus disini 39 hari lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 How do you write a love letter to a place? To a time? To bittersweetness?