Apakah aku harus benar-benar melepasmu kali ini?
Apakah aku harus berhenti menunggu pesan tiba-tiba mu itu?
Jika saja kau tidak menghubungi ku tiba-tiba kemarin itu, asa ku mungkin sudah jauh kutinggal.
Jika saja kau tidak menanyakan pertanyaan itu padaku kemarin, aku mungkin sudah bisa menganggap bahwa apa yang terjadi pada kita dulu, lebih baik untuk tidak diungkit lagi.
Sapamu yang datang tiba-tiba itu, membuatku kembali menyusun harap.
Tanyamu yang tidak biasa itu, membuatku memendam duga.
Mengapa semuanya terlihat mudah sekali bagimu?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
How do you write a love letter to a place? To a time? To bittersweetness?
-
“Winni, saya buat dalgona pakai blender. Menjadi! Tak perlu penat-penat kacau pakai tangan.” Dulu waktu awal-awal dalgona viral, aku rajin b...
-
Dieman? Oke, siapa takut!
-
Tiba-tiba saja kalimat yang kubaca di fanpage Tere Liye itu menari-nari di benakku. "Apa memang sesuka itu?" Aku? Aku rasa ...

Tidak ada komentar:
Posting Komentar