Pagi ini kami
diskusi bentar, bantuin Keke cari topik juga. Oh iya, sebenarnya di bagian
dokumen kami lagi banyak banget kerjaan. Kejar tayang input basys. Tapi kami
lagi penat dan lelah. What a good escape. Hoeh.
Sekitar jam 10 an
kami mencari Pak Dedi di kantornya, tapi ternyata Pak Dedi lagi cuti.
Kami keluar ruangan.
Kebetulan, di luar ruangan Pak Dedi ada sebuah tangga, enggak tau kenapa
(mungkin capek), Keke duduk di tangga itu, dan dia kena tegur sama bapak-bapak.
Bapak itu
nanya:
"Kalian mahasiswa PKL? Ngapain disini?"
"Kalian mahasiswa PKL? Ngapain disini?"
"Ini, Pak, kami
mau cari Pak Dedi Nala, ada yang mau kami diskusikan."
"Diskusi tentang apa? Sini sama saya aja."
Yes akhirnya, dapat narasumber. Susah kali rasanya cari orang di perusahaan yang bisa diajak ngobrol di tanggal-tanggal kayak gini. Semua pada sibuk dan ngebut dengan urusannya masing-masing.
"Diskusi tentang apa? Sini sama saya aja."
Yes akhirnya, dapat narasumber. Susah kali rasanya cari orang di perusahaan yang bisa diajak ngobrol di tanggal-tanggal kayak gini. Semua pada sibuk dan ngebut dengan urusannya masing-masing.
Kami diskusi di
sebuah ruangan yang gak gitu gede, gak gitu kecil, tapi ber AC, dan ada papan
tulisnya, dengan spidol yang ternyata permanen.
Bapaknya
nanya:
"Jadi, apa cerita?"
"Jadi, apa cerita?"
Kami pun bercerita
tentang apa yang kami rasakan selama beberapa hari ini (holoh lebay).
Enggak tapi ini
emang serius, gak cuma kami yang dibagian dokumen aja yang ngerasa bahwa yang
kami lakukan itu (input-input data) gak ada hubungannya dengan topik yang mau
kami teliti. Bahkan kami ngerasa bahwa hal yang kami lakukan cuma akan ganggu
fokus kami dalam buat laporan.
Yang di warehouse
lebih parah, mereka juga ikut kerja fisik, kayak; ngangkat kardus, balut kardus
pake lakban, mungutin tutup drum, bersihin tutup drum. Pokoknya kalo jam makan
siang, kami jumpa mereka, pasti udah lusuh plus lecek.
Pak Ikhsan
mendengarkan semua keluhan kami tanpa menyela. Dan akhirnya, dia bilang;
"coba kalian
jelaskan sama saya, apa aja yang udah kalian mengerti selama beberapa hari
kalian disini?"
Diam
"dari bagian
warehouse dulu, apa itu warehouse?"
"tempat
menyimpan barang, Pak."
"Cuma untuk nyimpan barang? Itu di warehouse A, ada packaging."
Diam
"Cuma untuk nyimpan barang? Itu di warehouse A, ada packaging."
Diam
"Yang di bagian
dokumen, apa fungsi dan peran dokumen dalam SCM?"
Diam
"Di ruangan
kantor itu, rame kan? Siapa-siapa aja disitu dan ngapain aja mereka? Gimana
aliran prosesnya? Apa job desk masing-masing orang? Udah tau?"
D i a m panjang.
D i a m panjang.
"Kalian anak
teknik industri kan? Itu semua data, kalian bisa olah itu, kalo kalian mengerti
gimana caranya. Kalian udah belajar Metodologi
Penelitian?"
"Belum, Pak. Semester depan."
"Loh, seharusnya kalian mengerti dulu Metodologi Penelitian. Gimana kalian mau mengolah data kalau metodologi belum belajar."
"Belum, Pak. Semester depan."
"Loh, seharusnya kalian mengerti dulu Metodologi Penelitian. Gimana kalian mau mengolah data kalau metodologi belum belajar."
"Tapi kami di
praktikum udah sering buat laporan kayak begini, Pak."
"Oke. Jenis
data-kuantitatif dan kualitatif, kalian mau ambil data apa?"
"Kuantitatif,
Pak."
"Data kuantitatif itu banyak jenis nya, pilih salah satu. Misal, statistik. Di warehouse, ada berapa barang masuk, berapa barang keluar, ada perbedaan atau enggak, kenapa..."
"Data kuantitatif itu banyak jenis nya, pilih salah satu. Misal, statistik. Di warehouse, ada berapa barang masuk, berapa barang keluar, ada perbedaan atau enggak, kenapa..."
Dan seperti itulah
kira-kira percakapan kami dengan Pak Isan selama kurang lebih 1 jam. Dengan
pembantaian psikologis hahaha. Yah emang kaminya yang lembek sih.
Tapi kami juga gak
sepenuhnya salah. 2,5 tahun kami kuliah, itulah cara penempahan yang terjadi.
Itulah sistem yang membentuk mental-mental kami.
Kami tidak banyak
membaca? Kami kurang belajar sendiri?
Boleh kurasa aku
menyalahkan sistem praktikum yang membabi buta. Yang buat kami sibuk setengah
hidup. Yang menghabiskan banyak waktu kami. Yang membuat kami merasa bahwa 24
jam dalam 1 hari itu kurang. Betapa tidak bersyukurnya kami, kan?
Tapi, sayangnya,
praktikum yang menghabiskan banyak waktu kami itu ternyata tidak memberikan hal
yang sebanding. Mental-mental seperti inilah yang dihasilkannya. Kurang kritis,
kurang peka, maunya "disuapin" aja. Ya itu menurutku sih ya. Sedih aja
rasanya ngehabisin waktu buat laporan ber-ratus-ratus lembar, tapi ketika kami
di terjunkan ke lapangan, apa yang bisa kami lakukan dengan semua itu? Kalian
bisa bayangin lah gimana sedihnya. Kalau pernah nonton 3idiots, nah, itu bisa
jadi bayangan gimana adanya gap antara teori dan praktik dalam sistem
perkuliahan sekarang ini. Tentu kita harus mengerti teori, itu harus. Tapi
buatlah diri kita fleksibel dengan teori itu, bukan terpaku tok cuma sama
teori. Aku tentu tidak menyalahkan praktikum ataupun laboratorium yang
mengasuh. Ini salah sistem. Aku yakin sistem-sistem di tempat perkuliahan lain
juga 11-12 lah.
Yah, begitulah
adanya sistem. Aku yakin semua yang terlibat dalam sistem gak baik ini, dalam
hati kecilnya, meskipun secuil, ada rasa tidak setuju. Tapi apa daya, sudah
mengakar. Kalau gak bisa mengubah, ya ikuti sajalah. Katanya.
Aku akan coba baca
buku-buku sejarah dan referensi yang lebih banyak lagi, agar bisa menulis
tentang bagaimana sistem pendidikan yang baik itu di kemudian hari.
See ya!
Sampai sini dulu
cerita hari ini yang sesuatuh.
Hahaha.
Dan terima kasih pak
Isan sudah menyadarkan kami.
30 Desember 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar