Kamu bebas menentukan apapun,
bersedia untuk bersamaku atau menyerah saja.
Pilihan terbuka sebesar-besarnya, kamu hanya perlu memilih sebaik-baiknya.
Aku sudah tidak takut pada perasaan luka dan kecewa. Tak peduli seberapa parah, tak peduli seberapa lama. Nanti perasaan itu akan pulih dengan caranya sendiri.
Kehilangan, ditinggalkan, memutuskan untuk pergi, adalah hal-hal yang mengajarkanku bahwa pada akhirnya aku akan menjalaninya sendiri.
Kamu pun.
Kita perlu untuk memikirkan kebahagiaan kita.
Bersama, ataupun sendiri-sendiri.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
How do you write a love letter to a place? To a time? To bittersweetness?
-
“Winni, saya buat dalgona pakai blender. Menjadi! Tak perlu penat-penat kacau pakai tangan.” Dulu waktu awal-awal dalgona viral, aku rajin b...
-
Ini masih tentang kuliah. Ada seorang teman yang sering memarahiku karena terlalu bodoh untuk tidak melawan ketika dihadapkan dengan situas...
-
Dulu waktu masih jadi maba a.k.a mahasiswa baru, kami diwajibin buat nyapa senior-senior. Me myself, agak males sih nyapa orang yang belum k...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar