Aku hanya ingin sesering mungkin berterima kasih, mengucap syukur, pada dzat Maha Sempurna yang hingga kini, hingga detik ini, tak pernah lupa memberiku Rahmat Nya. Bahkan ketika aku lupa bersyukur.
Untuk mata yang masih bisa memandang.
Untuk telinga yang masih bisa mendengar.
Untuk kaki yang masih sanggup berjalan.
Untuk tangan yang masih bisa menyentuh.
Untuk paru-paru yang masih bisa ber-respirasi.
Untuk jantung yang masih berdetak.
Untuk...
Untuk...
Untuk...
dan masih ratusan, ribuan, ah tak terhingga untuk...
Untuk semua yang masih disini, masih bersamaku.
Untuk semua yang sudah pergi, sudah meninggalkanku.
Aku hanya ingin tak pernah lupa bersyukur, tak ingin lupa.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
How do you write a love letter to a place? To a time? To bittersweetness?
-
“Winni, saya buat dalgona pakai blender. Menjadi! Tak perlu penat-penat kacau pakai tangan.” Dulu waktu awal-awal dalgona viral, aku rajin b...
-
Ini masih tentang kuliah. Ada seorang teman yang sering memarahiku karena terlalu bodoh untuk tidak melawan ketika dihadapkan dengan situas...
-
Dulu waktu masih jadi maba a.k.a mahasiswa baru, kami diwajibin buat nyapa senior-senior. Me myself, agak males sih nyapa orang yang belum k...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar