Habis airmata ku nonton Winter Sonata ini.
Sedih, geram, senang, macam aku yang jadi pemainnya.
Hahaha,
Ini yang mungkin aku kurang suka dari diriku.
Terlalu sensitif.
Terlalu gampang nangis.
Aku butuh sesuatu buat nahan air mata.
Supaya jangan cepat kali keluarnya.
Aku pengen jago nyembunyiin perasaan.
Apa harus belajar?
Dimana?
Ah, aku ini payah.
Payah melupakan, menyembunyikan.
Yakan?
Salah satunya,
Aku kurang bisa menyembunyikan perasaan ku padamu.
Walau hanya sekedar dari tulisan.
Entah nanti jika kita bertemu,
Aku ingin pakai topeng saja.
Eh, atau sudah tidak perlu lagi?
Kapan kita akan bertemu?
Dalam mimpi?
Hahaha.
Waktu pasti sudah mengikis bahkan menghilangkan apa yang kurasakan saat ini.
Seandainya kita akan bertemu nanti.
Atau mungkin,
kau akan amnesia,
lalu tak ingat apa-apa.
Oke, ini efek kebanyakan nonton Winter Sonata.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
How do you write a love letter to a place? To a time? To bittersweetness?
-
“Winni, saya buat dalgona pakai blender. Menjadi! Tak perlu penat-penat kacau pakai tangan.” Dulu waktu awal-awal dalgona viral, aku rajin b...
-
Ini masih tentang kuliah. Ada seorang teman yang sering memarahiku karena terlalu bodoh untuk tidak melawan ketika dihadapkan dengan situas...
-
Dulu waktu masih jadi maba a.k.a mahasiswa baru, kami diwajibin buat nyapa senior-senior. Me myself, agak males sih nyapa orang yang belum k...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar