Ayah, perih rasanya menyadari bahwa kau takkan bisa membaca tulisan ini.
Ayah, aku sedih sekali..
Tadi di jalan menuju ke sekolah, aku melihat seorang anak perempuan berangkat ke sekolah dengan ayahnya. Aku ingat ayah… Aku rindu ayah.. Aku sadar tidak akan mungkin lagi aku merasakannya.. Merasakan duduk berdua dengan ayah dan saling berbagi cerita. Merasakan bagaimana ayah mengajariku Matematika. Merasakan bagaimana aku memperbaiki bahasa inggris ayah yang terbalik-balik. Merasakan gelinya ketika aku mencium pipi ayah yang berjenggot tajam. Merasakan sedihnya cerita ayah ketika ayah hidup di kampung dulu. Merasakan lucunya cerita-cerita ayah ketika ayah jadi mahasiswa dulu, ya ayah ku adalah orang yang humoris, walau bagi sebagian orang ayahku adalah orang yang tegas dan dianggap kurang berminat diajak bercanda. Tapi bagi kami, guyonan ayah di rumah bisa membuat kami tertawa menghilangkan beban aktivitas seharian.
Aku rindu Ayah..
Sangat-sangat rindu. Aku rindu suara ayah yang besar. Sangat terbalik dengan perawakan ayah yang tidak terlalu tinggi. Aku rindu melihat ayah semangat ketika berolahraga. Aku rindu bisa bermain golf lagi bersama ayah. Aku rindu kesabaran ayah mengajariku bagaimana memukul bola golf agar tidak melenceng lalu masuk ke parit. Aku rindu ayah. Aku rindu melihat ayah dengan lancar berbahasa Mandiling sedangkan aku hanya bisa angguk-angguk mendengarnya. Ayah belum sempat mengajariku bahasa kampung kita, Yah… Aku juga gak bisa lagi membelikan lasegar untuk Ayah. Gak akan ada lagi yang menyanyikan aku lagu "Urang gaek digoda setan, puku sambilan sambahyang subuah", Ayah selalu menyanyikan itu ketika aku malas bangun untuk melaksanakan Shalat Subuh, atau kalau tidak mempan Ayah membangunkanku dengan cara menggelitiki telapak kaki ku. Lalu dengan muka manyun aku terpaksa bangun. Ayah, jika aku berkesempatan mendengarkan Ayah menyanyikan lagu itu lagi, dan menarik aku turun dari tempat tidur, aku janji tidak akan manyun lagi. Aku akan tersenyum, Yah..
Andai ayah akan kembali untuk menyanyikan ku lagu "Bareh Solok" yang jadi favorit Ayah dengan suara Ayah yang khas.. Aku rindu semua cerita kita dulu, Yah..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar