Wish : It will be a "beautiful escape"

Sebenarnya kalo ditanya kenapa kuliah di Padang, yah.. bingung mau jawab apa. Waktu nyeklis UNAND di pilihan undangan juga gak tau apa alasan yang jelas. Yang pasti, aku gak pengen di Medan. Udah. Itu aja. Di Medan gak akan buat aku mandiri. Aku bakalan tetep mikir "oh, ada mama, ada caca, ada bulek, ada kakek, bla bla bla".
Pelarian?
Mungkin sih. Ah, entah kapan aku bisa mulai serius sama sesuatu. Waktu masuk SMA dulu, SMA 4 itu keputusan setengah hati. Bukan keinginan ku yang terencana. Aku pengen masuk situ, udah rencanain masuk situ, udah belajar buat ikutin tes nya. Tapi, manusia cuma bisa berencana, kan? Ternyata takdirku di SMA 4.

Nyesel?
Enggak. Sama sekali enggak. Walau awalnya ogah-ogahan di sekolah, bawaannya ngantuuuuuk aja. Tapi akhirnya aku nemuin hal yang mungkin gak akan aku temukan kalau aku masuk sekolah yang kurencanakan dulu. Murabbi ku bilang, kita akan menghadapi sesuatu seperti itu kelak jika sudah memutuskan untuk memilih satu hal dan meninggalkan yang lain. Mengalami pemikiran yang "kalau aku milih itu, pasti gak kayak gini. kalau aku gak milih ini, pasti kayak gitu."

Kalau dilihat dari postingan-postingan di blog ini, haha, itu menunjukkan kalo aku bukan gak dapat apa-apa dari "keputusan setengah hati" aku itu. Banyak. Buanyak. Buanyaaaaaak.
Aku berharap, akan seperti itu nanti di Padang. Meski ini bukan awal yang terencana, bukan awal yang diinginkan, tapi, yaah, bukankah seperti itu awal orang-orang yang ta'aruf? (eh?!)

Hahaha. yasudahlah.
Udah mulai ngawur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 How do you write a love letter to a place? To a time? To bittersweetness?