Lihatlah pada diriku sekarang,
yang bahkan takut untuk memiliki sedikit harapan.
Jatuh setelah berusaha keras untuk bangkit itu sangat melukai.

Setumpuk harapan itu membuat nafasku sesak jika tidak diperjuangkan.
Namun aku terlalu bersemangat untuk semuanya. 
Mengejari satu-satu atau bahkan dua-dua, atau sekaligus semua. 

Lalu kemudian semuanya menghujamku, memghujamku jatuh 
setelah aku mengangkat mereka terbang
Memperjuangkan semua dengan tenaga dan sisa-sisa tenagaku
Atau bahkan sisa dari sisa-sisa tenagaku



Harapan yang kau sudah menyerah terhadapnya, beri saja kepadaku.
Akan kusimpan. 
Jika kelak kita ditakdirkan bersama, mau kan kau memperjuangkannya kembali?
Tentu saja bersamaku.

Yang Masih Tidak Dimengerti

Apa guna mempersulit masalah yang seharusnya bisa diselesaikan dengan cara yang sederhana?

Apa guna mencari-cari kesalahan orang lain untuk kemudian menjatuhkannya?

Untuk apa menjatuhkan orang lain lalu kemudian membantunya hanya untuk memberikan persepsi bahwa kita hebat, bahwa kita bisa menolongnya sekaligus menjatuhkannya?

Untuk apa berheboh-heboh saat seseorang membuat kesalahan padahal diri sendiri masih belum bisa menjaga diri dari kesalahan yang serupa? Atau, setidaknya dulu kita pernah seperti itu.

Untuk apa sibuk berdebat hal yang tidak penting sementara (lagi) ada cara yang sederhana; sepakat?

Untuk apa menghabiskan waktu untuk hal yang tidak disukai, sementara waktu tidak mungkin kembali?
sekali lagi, untuk apa? 
Tidak semua yang kubahasakan disini adalah pengalamanku.
Tidak semua juga keinginanku.
Aku hanya membahasakan apa yang sedang terpikir olehku.

Tidak setiap aku menulis rindu lantas aku memang merindukan seseorang.
Tidak setiap aku menulis cerita lantas itu harapanku.
Aku hanya menulis untuk membahasakan apa yang terlintas di pikiranku.

Nah, I'm not Okay

Tidak bijak memang untuk sepenuhnya mempercayai mimpi.
Tapi ini sudah bukti kesekian kalinya, kalau mimpi itu adalah pertanda. 
Aku pernah mendengar bahwa mimpi merupakan pertanda akan keadaan sebaliknya. Jadi kata kawanku dulu saat aku cerita aku mimpi gak lulus SBMPTN, dia malah tertawa dan dengan pe-de nya berkata bahwa aku kayaknya lulus. Mungkin kawanku ini kebanyakan baca primbon. 

Tapi hari ini, pengumuman beasiswa student exchange keluar. Telat 3 hari dari yang dijadwalkan. Seharusnya hari Senin kemarin pengumumannya sudah keluar. Lalu pada hari Sabtu, aku betul-betul bermimpi bahwa aku lulus. Bahkan saat terbangun aku masih harus menyadarkan diri beberapa menit bahwa itu cuma sekedarmimpi. Kegembiraan di dalam mimpi itu terasa nyata sekali.

Tapi ternyata, semua gak jadi kenyataan. Aku gak lulus.
Berbagai respon terlontar, bermacam raut muka terpancar, aku berusaha untuk terlihat baik-baik saja.
Padahal, I'm not okay. I'm totally broken. 

Bentuk Lain Dementor

Aku bukan penggemar berat Harry Potter sih, tapi ya menurutku film Harry Potter itu baguus. Sayangnya aku baru tahu itu sekitar 6 bulan yang lalu. Kasian kali aku ya. Jadi dari dulu aku gak pernah nonton Harry Potter, maksudnya gak pernah ngerti jalan ceritanya. Tapi aku tau kok kalo Harry Potter itu ada. Tau. Aku cuma gak hobi nonton. 
Dan semester lalu, pernah sekali kawan kuliah ku cerita tentang sesuatu yang ada di Harry Potter, dia nyebut : DEMENTOR. Dan aku cuma melongo. Aku gak tau apa itu Dementor. Aku cuma tau Harry Potter. Udah. Itu aja. Dan kawan aku ini sukses kaget. 
Orang hidup mana yang gak pernah nonton Harry Potter? 
Ya. aku.

Meet Vietnamese

So I had a shift today in lovely AMCOR. Pas lagi nyusun-nyusun buku, ada yang nanya tentang program-program AMCOR yang emang tertulis di papan tulis depan.
Logat bicaranya agak aneh, perawakannya juga gak kayak orang indonesia asli.
Tapi aku mikirnya, mungkin dia keturunan tionghoa.
Setelah ngobrol beberapa kalimat, barulah terungkap bahwa sebenarnya dia adalah orang Vietnam.
hOhO.

 How do you write a love letter to a place? To a time? To bittersweetness?