Seorang teman berkomentar bahwa lebih sakit rasanya ketika
sudah lulus tapi tidak diizinkan oleh orang tua ketimbang tidak lulus.
Mungkin iya.
Pengumuman ujian SBM tahun ini sudah keluar, mungkin memang
rezeki, aku lulus.Walaupun sudah bisa terima kalau akhirnya memang aku tidak
lulus. Ya kalau tidak lulus aku masih bisa melanjutkan kuliah di sana. Mau
tidak mau ya harus mau.
Aku lulus di pilihan ketiga. Di kampus yang memang ingin aku
letakkan di formulir SNMPTN aku tahun lalu, namun baru kesampaian di SBM tahun ini.
Aku selama ini mengira Mama mungkin akan mengizinkan aku ke Jawa
kalau aku sudah lulus. Atau rencana B, aku akan menceritakan bagaimana keadaan aku
di kampusku sekarang. Aku sudah bisa membayangkan Mama akan terlihat iba dan
mendukung aku untuk mengulang setahun lagi di pilihan ketiga SBM ku ini. Karena
pada setiap orang yang aku ceritakan tentang keadaan perkuliahan ku, tidak ada
satupun yang mendukung aku untuk tetap disana.
Namun inilah keadaan yang memicu komentar salah seorang
temanku di awal tulisan tadi. Sudah lulus tapi tidak dikasih izin. S2K. Sedih
Sakit Kecewa.
Aku sudah berusaha berhari-hari bermalam-malam untuk
membujuk Mama. Namun jawaban Mama berubah-ubah, tapi artinya tetap sama. Tidak
boleh.
Bahkan kalau aku memang tidak betah di sana, di kampusku
sekarang, aku boleh balik saja ke Medan, melanjutkan kuliah disini saja. Tidak
masalah. Begitu nasihat Mama yang entah kenapa membuat dadaku rasanya sesak
sekali.
Aku ingin sekali kesana. Sangat ingin. Aku tidak peduli akan
perjuangan ku selama setahun ini. Aku rasa tidak akan ada yang sia-sia di hidup
ini. Biarlah yang setahun kemarin jadi pelajaran penting buatku. Dan tentu saja
di kampus baruku (kalau seandainya jadi) sudah bisa dipastikan tidak ada pembodohan-pembodohan
seperti ini. Aku sudah menanyakan ke salah satu senior yang aku kenal.
Tapi Allah mungkin punya skenario lain, skenario ku kalah
mantap. Ya jelaslah, kalah jauuh malah. Tak usah dibandingkan. Tulisan
"Selamat Anda lulus SBMPTN 2014" kemarin mungkin adalah cara Nya agar
aku mengucap syukur lebih sering.
Aku rasa aku memang harus kembali kesana. Aku belum bisa
mencari alasan lain selain tidak ingin melawan orangtua memang. Tapi aku percaya
bahwa Allah tidak pernah tidur, Dia Sang Maha Pengatur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar