K : "Udah deh, kamu ambil psikologi aja."
A : "Gak mau kak. Saya gak suka dan gak mau jadi psikolog."
K : "Lah, kenapa? Bagus loh itu."
L : " Si Winni sih gak cocok kak jadi psikolog. Dia yang butuh di terapi."
Itu bukan opini. Fakta itu fakta. Aku ngerasa butuh di terapi aja. Di hipnotis. Terus byuus!! Pikiran aku jadi plong. Bukan amnesia tapi yah. Aku gak rela ngelupain semua orang-orang dan cerita yang pernah ada. Aku cuma pengen, kenangan yang buruk-buruk gak sering muncul di ingatanku.
Seperti tadi sore, aku hampir nangis pas lihat ambulans lewat beserta sirine nya yang selalu buat hati aku ngilu.
Aku rindu Papa....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
How do you write a love letter to a place? To a time? To bittersweetness?
-
Let's talk about, MONEY! Karena, aku akhir-akhir ini sering dapat pertanyaan "Itu beasiswanya nge-cover apa aja ya?" dari a...
-
Owkay, mulai dari mana ya? Banyak sekali sebenarnya yang ingin saya curahkan ke blog ini. Tapi, laptop juga baru bisa kepegang, modem baru k...
-
Rabu, 23 April 2014 19.10 Di angkot wana hijau dalam perjalanan UNAND ke pasar baru. I (anak teknik industri) S (anak sipil)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar