Senja ini aku menangkap sepotong senyum yang tak asing. Betapa lucu ketika beberapa detik waktuku menyaksikan senyum itu membuatku mengingat banyak detail dari bertahun-tahun lalu, yang kupikir sudah kulupa. Yang kulupa mungkin adalah fakta bahwa otakku masih mengingatnya. Menyimpan memori itu di satu ruang, yang kututup rapat sudah, berharap aku tidak pernah perlu untuk membukanya lagi.
Aku salah, ruang itu tetap menjadi bagian diriku. Sekuat apapun aku memaksa untuk menutupnya rapat-rapat, hal-hal di dalamnya akan selalu punya cara untuk muncul ke permukaan pikiran.
Untuk menyadarkanku, bahwa manusia tidak akan pernah sanggup menghapus kenangan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
How do you write a love letter to a place? To a time? To bittersweetness?
-
Jadi, setelah email pengumuman principal candidate kemaren, ada beberapa e-mail susulan. Aku bahagia nya cuma sehari aja kemaren, besokny...
-
Cie elah judulnya keliatan kayak serius banget. Kita pernah gak sih bener-bener merindukan suatu tempat? I mean, beberapa hari terakhir ak...
-
Rasanya, sudah lama sekali kita tidak menikmati waktu mengobrol di sebelah jendela kaca besar ini. Duduk di satu meja yang sama ditemani m...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar