Dulu waktu masih jadi maba a.k.a mahasiswa baru, kami diwajibin buat nyapa senior-senior. Me myself, agak males sih nyapa orang yang belum kenal. Apalagi kalo ujung-ujungnya gak bakalan digubris. Bikin kesel setengah mampus.
Adaaaaa aja senior yang mukanya gak sapa-able, malas kali nyapanya. Tapi ntar kalo gak disapa, ngamuk. Seremmm.
Ada juga yang gak boleh jawab kalo disapa, katanya sih mereka itu komisi disiplin, tapi disiplin bukan berarti ngacangin junior yang nyapa kan, disiplin bukan berarti masang muka mau nerkam junior setiap saat kan. Aku masih gagal nemuin korelasi yang kuat antara hal-hal tersebut.
Tapi, itusih waktu jaman-jaman jadi maba dulu. Pas udah masuk himpunan, hem gak ada lagi sih yang ngacangin kalo disapa.
Sekarang kasusnya beda, memang mereka mau jawab kalo disapa, tapi muka-muka yang gak sapa-able itu masih ada. Tahapa motivasi nya, gak ngertilah.
Kayak beberapa hari yang lalu, aku jumpa salah satu senior di jalan, dari jarak beberapa meter sebelum berpapasan aku udah liat dia, dia juga udah liat aku. Dan aku yakin dia pasti ingat aku, walaupun gak ingat nama, pasti dia ingat kalo aku juniornya. Kami pernah berinteraksi di satu kelompok soalnya. Aku udah pasang senyum dari jarak beberapa meter itu, nanti pas udah papasan sapa deh, pikirku.
Tapi hai punya tapi, dia malah kayak gak kenal akuu. Jalan aja dengan tampang lurus, kayak aku itu gak nampak, sampe jarak kami udah dekat dia juga malah nunduk. WHATDA!!!
Akhirnya dengan nada agak kesel dan aneh dan heran aku nyapa : "uunii..??"
"Iya.", jawabnya saudara-saudara!!!
KESEL WOY!
Apa salahnya ya ngelempar senyum juga ke junior, nunjukin muka bersahabat ke junior, atau nyapa junior duluan juga gak akan ngejatuhin harga diri kan?
Ich kann nicht schlafen
- Mau tidur tapi udah terlanjur minum kopi
- Udah minum kopi tapi belum mood ngerjain tugas
- Belum mood ngerjain tugas karena pengen blogwalking
- Pengen blogwalking tapi yang dibuka twitter
- (Ya biarin kan dari twitter bisa nemu blog keren) -> lame excuse
- Mau nyari blog keren tapi yang di stalk malah akun @engineeringhumor
- (Yaudah mana tau bisa dapet inspirasi cerita lucu) -> second lame excuse
- Buka blog dan ngetik tulisan ini
- Sambil buka youtube dengerin lagu exo
- Padahal di file ada, gak butuh kuota lagi
- Tapi biarlah, kuota masih ada kok.....kayaknya
- Mau buka video kedua tiba-tiba jantung deg-degan
- Ada notif,
- Haduh
- Dari.... Tri
- Maaf, kuota anda telah habis
- Sial, postingan blog belum di publish (postingan di publish esok paginya)
Seperangkat Buku Pramoedya Ananta Toer
H-2 masuk kuliah.
Hah! Udah mulai
ngerasa gak rela ngelepasin liburan.
Sebenarnya libur
juga gak kemana-mana. Paling cuma malas-malasan seharian di kos, nonton film,
baca buku, tidur siang, tidur sore, tapi gak tidur malam. Wkwk.
Gak pengen
nyia-nyiain waktu luang yang masih luang kali ini, aku jalan-jalan ke pasar.
Keluar masuk pasar raya, mall SPR, sampe ke toko alat tulis Maju Jaya yang
terkenal murah. Udah nyampe ke pusat kota, rasanya gak afdhol kalo belum ke
Gramedia. Walaupun aku gak ada niat buat beli buku. Udah pernah beli buku
online, dan tau perbedaan harganya. Tapi gak ada salahnya kan lihat-lihat. Mana
tau jodohku lagi kejepit di antara rak-rak bukunya (tikus kali kejepit).
Lantai satu yang
isinya perlengkapan kantor, tas, sampai alat fitness udah kukelilingi.
Naik ke lantai dua
yang isinya rata-rata buku non-fiksi. Ada juga tas yang lagi promo, dari harga
299 ribu turun sampe harga 209 ribu.
Naik ke lantai tiga,
nah ini lantai favoritku. Isinya buku fiksi semuaaaa.
Kemarin waktu baca
Looking For Alaska yang versi asli, ada bagian yang aku agak gak ngerti, jadi
aku cari buku Looking For Alaska yang versi terjemahannya, baca bentar.
Ternyata benar
review orang-orang di internet selama ini, kalo novel John Green itu susah di
terjemahin. Alhasil terjemahnnya jadi aneh. Kalau mau terkagum-kagum sama
pemilihan kata John Green yang terkenal itu, mending baca versi aslinya,
walaupun harus sedia kamus di jarak dekat.
Aku
keliling-keliling di bagian novel baru, novel best seller yang lagi diisi sama
buku Robert Galbraith, Andrea Hirata, dan ini nih yang lagi nge hits: novelnya
Pidi Baiq; Dilan. Bukan tipikal buku roman yang sedih-sedih atau cinta
terlarang manusia vs vampir, bukan. Aku belum baca sih, tapi kayaknya lumayan
seru. On the next purchase ya, Dilan!
Ah iya, aku ingat
mau nyari apa! Novel Akatsuki. Bukan, bukan akatsuki yang bejubah-jubah di
naruto itu. Ini novel super romantis yang dulu waktu SMA buat aku kepikiran
nikah mulu. Wkwk. Dulu aku minjam punya Hasanah. Tapi kemaren gak sengaja pas
blog-walking jumpa review-an terhadap novel itu, JADI KANGEN!
Aku coba cari ke
bagian roman, di rak pertama gak ada, aku jalan untuk melihat di rak
sebaliknya, mataku langsung menangkap buku Hujan Bulan Juni-nya Sapardi di
kolom pertama, kira-kira di kolom ke-5 aku tertegun. Tau apa yang aku lihat?
KOLEKSI LENGKAP SERIES BUMI MANUSIA PUNYA PRAM! WHAT AAAAAA! Oh my God, sejak
kapan Gram**ed nyetak ulang novel Pram iniii??? Aku udah susah payah nyari
kemana-mana, ke toko-toko buku di Padang dan Medan, rata-rata Cuma ada jual
yang bajakan. TAPI INI ASLI!!! Penasaran sama harganya, aku ambil buku Bumi
Manusia, membaliknya dan
TETOT!!!!
Langsung lemes
nengok harganya, 150 ribuan vroooh! 1 buku!
Pantes kemaren ada
lihat olshop jual buku pram lengkap 4
bijik harganya 600 ribu.
Mahal kali sih om
gramed T.T Harus nabung berapa bulan kita buat beli bukunya.
Tapi tiba-tiba aku
kepikiran, nanti pas nikah maharnya minta ini aja.
Seperangkat Buku
Pramoedya Ananta Toer dibayar tunai, tsaaah!
Lihatlah pada diriku sekarang,
yang bahkan takut untuk memiliki sedikit harapan.
Jatuh setelah berusaha keras untuk bangkit itu sangat melukai.
Setumpuk harapan itu membuat nafasku sesak jika tidak diperjuangkan.
Namun aku terlalu bersemangat untuk semuanya.
Mengejari satu-satu atau bahkan dua-dua, atau sekaligus semua.
Lalu kemudian semuanya menghujamku, memghujamku jatuh
setelah aku mengangkat mereka terbang
Memperjuangkan semua dengan tenaga dan sisa-sisa tenagaku
Atau bahkan sisa dari sisa-sisa tenagaku
Yang Masih Tidak Dimengerti
Apa guna mempersulit masalah yang seharusnya bisa diselesaikan dengan cara yang sederhana?
Apa guna mencari-cari kesalahan orang lain untuk kemudian menjatuhkannya?
Untuk apa menjatuhkan orang lain lalu kemudian membantunya hanya untuk memberikan persepsi bahwa kita hebat, bahwa kita bisa menolongnya sekaligus menjatuhkannya?
Untuk apa berheboh-heboh saat seseorang membuat kesalahan padahal diri sendiri masih belum bisa menjaga diri dari kesalahan yang serupa? Atau, setidaknya dulu kita pernah seperti itu.
Untuk apa sibuk berdebat hal yang tidak penting sementara (lagi) ada cara yang sederhana; sepakat?
Untuk apa menghabiskan waktu untuk hal yang tidak disukai, sementara waktu tidak mungkin kembali?
sekali lagi, untuk apa?
Langganan:
Postingan (Atom)
How do you write a love letter to a place? To a time? To bittersweetness?
-
Selamat tutup tahun. Hari ini kantor tetap beraktivitas seperti biasa. Malah semakin sibuk, mengingat ini adalah hari terakhir di 2015. ...
-
One of my friends asked me, how did I love New York. Yes, I had been to the one of most wonderful cities in the world: New York. I managed...
-
Apa guna mempersulit masalah yang seharusnya bisa diselesaikan dengan cara yang sederhana? Apa guna mencari-cari kesalahan orang lain un...