Mukanya sapa-able, dong!

Dulu waktu masih jadi maba a.k.a mahasiswa baru, kami diwajibin buat nyapa senior-senior. Me myself, agak males sih nyapa orang yang belum kenal. Apalagi kalo ujung-ujungnya gak bakalan digubris. Bikin kesel setengah mampus.
   photo m140.gif photo m140.gif photo m140.gif 
Adaaaaa aja senior yang mukanya gak sapa-able, malas kali nyapanya. Tapi ntar kalo gak disapa, ngamuk. Seremmm. Ada juga yang gak boleh jawab kalo disapa, katanya sih mereka itu komisi disiplin, tapi disiplin bukan berarti ngacangin junior yang nyapa kan, disiplin bukan berarti masang muka mau nerkam junior setiap saat kan. Aku masih gagal nemuin korelasi yang kuat antara hal-hal tersebut.

Tapi, itusih waktu jaman-jaman jadi maba dulu. Pas udah masuk himpunan, hem gak ada lagi sih yang ngacangin kalo disapa. Sekarang kasusnya beda, memang mereka mau jawab kalo disapa, tapi muka-muka yang gak sapa-able itu masih ada. Tahapa motivasi nya, gak ngertilah. Kayak beberapa hari yang lalu, aku jumpa salah satu senior di jalan, dari jarak beberapa meter sebelum berpapasan aku udah liat dia, dia juga udah liat aku. Dan aku yakin dia pasti ingat aku, walaupun gak ingat nama, pasti dia ingat kalo aku juniornya. Kami pernah berinteraksi di satu kelompok soalnya. Aku udah pasang senyum dari jarak beberapa meter itu, nanti pas udah papasan sapa deh, pikirku. Tapi hai punya tapi, dia malah kayak gak kenal akuu. Jalan aja dengan tampang lurus, kayak aku itu gak nampak, sampe jarak kami udah dekat dia juga malah nunduk. WHATDA!!! Akhirnya dengan nada agak kesel dan aneh dan heran aku nyapa : "uunii..??"
"Iya.", jawabnya saudara-saudara!!!
 KESEL WOY!
   photo m133.gif photo m133.gif photo m133.gif 
 Apa salahnya ya ngelempar senyum juga ke junior, nunjukin muka bersahabat ke junior, atau nyapa junior duluan juga gak akan ngejatuhin harga diri kan?

Ich kann nicht schlafen

  1. Mau tidur tapi udah terlanjur minum kopi
  2. Udah minum kopi tapi belum mood ngerjain tugas
  3. Belum mood ngerjain tugas karena pengen blogwalking
  4. Pengen blogwalking tapi yang dibuka twitter
  5. (Ya biarin kan dari twitter bisa nemu blog keren) -> lame excuse
  6. Mau nyari blog keren tapi yang di stalk malah akun @engineeringhumor
  7. (Yaudah mana tau bisa dapet inspirasi cerita lucu) -> second lame excuse
  8. Buka blog dan ngetik tulisan ini
  9. Sambil buka youtube dengerin lagu exo
  10. Padahal di file ada, gak butuh kuota lagi
  11. Tapi biarlah, kuota masih ada kok.....kayaknya
  12. Mau buka video kedua tiba-tiba jantung deg-degan
  13. Ada notif,
  14. Haduh
  15. Dari.... Tri
  16. Maaf, kuota anda telah habis
  17. Sial, postingan blog belum di publish (postingan di publish esok paginya)

Seperangkat Buku Pramoedya Ananta Toer

H-2 masuk kuliah.
Hah! Udah mulai ngerasa gak rela ngelepasin liburan.
Sebenarnya libur juga gak kemana-mana. Paling cuma malas-malasan seharian di kos, nonton film, baca buku, tidur siang, tidur sore, tapi gak tidur malam. Wkwk.
Gak pengen nyia-nyiain waktu luang yang masih luang kali ini, aku jalan-jalan ke pasar. Keluar masuk pasar raya, mall SPR, sampe ke toko alat tulis Maju Jaya yang terkenal murah. Udah nyampe ke pusat kota, rasanya gak afdhol kalo belum ke Gramedia. Walaupun aku gak ada niat buat beli buku. Udah pernah beli buku online, dan tau perbedaan harganya. Tapi gak ada salahnya kan lihat-lihat. Mana tau jodohku lagi kejepit di antara rak-rak bukunya (tikus kali kejepit).
Lantai satu yang isinya perlengkapan kantor, tas, sampai alat fitness udah kukelilingi.
Naik ke lantai dua yang isinya rata-rata buku non-fiksi. Ada juga tas yang lagi promo, dari harga 299 ribu turun sampe harga 209 ribu.
Naik ke lantai tiga, nah ini lantai favoritku. Isinya buku fiksi semuaaaa.
Kemarin waktu baca Looking For Alaska yang versi asli, ada bagian yang aku agak gak ngerti, jadi aku cari buku Looking For Alaska yang versi terjemahannya, baca bentar.
Ternyata benar review orang-orang di internet selama ini, kalo novel John Green itu susah di terjemahin. Alhasil terjemahnnya jadi aneh. Kalau mau terkagum-kagum sama pemilihan kata John Green yang terkenal itu, mending baca versi aslinya, walaupun harus sedia kamus di jarak dekat.
Aku keliling-keliling di bagian novel baru, novel best seller yang lagi diisi sama buku Robert Galbraith, Andrea Hirata, dan ini nih yang lagi nge hits: novelnya Pidi Baiq; Dilan. Bukan tipikal buku roman yang sedih-sedih atau cinta terlarang manusia vs vampir, bukan. Aku belum baca sih, tapi kayaknya lumayan seru. On the next purchase ya, Dilan!
Ah iya, aku ingat mau nyari apa! Novel Akatsuki. Bukan, bukan akatsuki yang bejubah-jubah di naruto itu. Ini novel super romantis yang dulu waktu SMA buat aku kepikiran nikah mulu. Wkwk. Dulu aku minjam punya Hasanah. Tapi kemaren gak sengaja pas blog-walking jumpa review-an terhadap novel itu, JADI KANGEN!
Aku coba cari ke bagian roman, di rak pertama gak ada, aku jalan untuk melihat di rak sebaliknya, mataku langsung menangkap buku Hujan Bulan Juni-nya Sapardi di kolom pertama, kira-kira di kolom ke-5 aku tertegun. Tau apa yang aku lihat? KOLEKSI LENGKAP SERIES BUMI MANUSIA PUNYA PRAM! WHAT AAAAAA! Oh my God, sejak kapan Gram**ed nyetak ulang novel Pram iniii??? Aku udah susah payah nyari kemana-mana, ke toko-toko buku di Padang dan Medan, rata-rata Cuma ada jual yang bajakan. TAPI INI ASLI!!! Penasaran sama harganya, aku ambil buku Bumi Manusia, membaliknya dan
TETOT!!!!
Langsung lemes nengok harganya, 150 ribuan vroooh! 1 buku!
Pantes kemaren ada lihat olshop jual buku pram lengkap  4 bijik harganya 600 ribu.
Mahal kali sih om gramed T.T Harus nabung berapa bulan kita buat beli bukunya.

Tapi tiba-tiba aku kepikiran, nanti pas nikah maharnya minta ini aja.

Seperangkat Buku Pramoedya Ananta Toer dibayar tunai, tsaaah! 
Lihatlah pada diriku sekarang,
yang bahkan takut untuk memiliki sedikit harapan.
Jatuh setelah berusaha keras untuk bangkit itu sangat melukai.

Setumpuk harapan itu membuat nafasku sesak jika tidak diperjuangkan.
Namun aku terlalu bersemangat untuk semuanya. 
Mengejari satu-satu atau bahkan dua-dua, atau sekaligus semua. 

Lalu kemudian semuanya menghujamku, memghujamku jatuh 
setelah aku mengangkat mereka terbang
Memperjuangkan semua dengan tenaga dan sisa-sisa tenagaku
Atau bahkan sisa dari sisa-sisa tenagaku



Harapan yang kau sudah menyerah terhadapnya, beri saja kepadaku.
Akan kusimpan. 
Jika kelak kita ditakdirkan bersama, mau kan kau memperjuangkannya kembali?
Tentu saja bersamaku.

Yang Masih Tidak Dimengerti

Apa guna mempersulit masalah yang seharusnya bisa diselesaikan dengan cara yang sederhana?

Apa guna mencari-cari kesalahan orang lain untuk kemudian menjatuhkannya?

Untuk apa menjatuhkan orang lain lalu kemudian membantunya hanya untuk memberikan persepsi bahwa kita hebat, bahwa kita bisa menolongnya sekaligus menjatuhkannya?

Untuk apa berheboh-heboh saat seseorang membuat kesalahan padahal diri sendiri masih belum bisa menjaga diri dari kesalahan yang serupa? Atau, setidaknya dulu kita pernah seperti itu.

Untuk apa sibuk berdebat hal yang tidak penting sementara (lagi) ada cara yang sederhana; sepakat?

Untuk apa menghabiskan waktu untuk hal yang tidak disukai, sementara waktu tidak mungkin kembali?
sekali lagi, untuk apa? 

 How do you write a love letter to a place? To a time? To bittersweetness?