Sebelumnya saya tidak pernah membayangkan bahwa saya akan merasa sebaik-baik ini tanpa dia. Saya yang beberapa bulan lalu masih sering mengunjungi ruang hening itu untuk mengurai segala memori dan berharap saya masih punya kesempatan untuk melanjutkan hari-hari saya dengan dia.
You can't unlove anyone.
Benar. Saya rasa saya tidak bisa membenci dia yang dulu pernah begitu saya cintai. Saya bisa berusaha untuk melepaskannya, tidak memaksa dia untuk tinggal disebelah saya. Tapi yang saya sadari, saya tidak bisa memaksa diri saya untuk membenci dia. Cara seperti itu tidak membantu saya menyembuhkan diri. Yang ada saya hanya semakin ingin memaksa dia untuk kembali.
Saya membiarkan diri saya tetap melihat dia, melalui sosial media. Meski awalnya berat sekali untuk menekan rasa ingin menyapa, tapi tetap saya lakukan berulang-ulang. Sampai akhirnya saya mampu membiarkan diri saya melihat dirinya tanpa ada perasaan terluka, tanpa ada perasaan ingin kembali ada di sampingnya.
Saya juga tidak lagi merasa bahwa dia meninggalkan saya dan saya ditinggal ataupun sebaliknya. Jalan kami berpisah. Tidak lagi sama dan tidak bisa dipaksa untuk terus bersama.
Semoga dia selalu berada di sekitar orang-orang baik dan selalu ada buat dia. Semoga ribuan bintang senantiasa menemaninya meraih apa yang sedang diperjuangkannya.
Selamat bertambah umur.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
How do you write a love letter to a place? To a time? To bittersweetness?
-
" Aku sudah biasa ditinggalkan. " Apakah kau berhak mengatakan kesedihan jika yang selama ini kau lakukan adalah membuatku se...
-
sakit we. rasanya jatuh dari angkot itu sakit. malu we. rasanya jatuh dari angkot itu malu. aku gak fokus dan lupa baca bismillah tadi pas...
-
Nanti, semua ini akan beranjak pergi. Aku tidak akan berdebar lagi ketika membaca pesanmu, atau gelisah menunggu balasanmu ketika aku ti...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar