Jadi, setelah email
pengumuman principal candidate kemaren, ada beberapa e-mail susulan. Aku
bahagia nya cuma sehari aja kemaren, besoknya langsung was-was, karena aku baru
sadar di ujung e-mail ada dibilang kalo itu baru keputusan dari local committee
Indonesia, bukan dari komite pusat di Washington DC. Keputusan akhir aku jadi
dapet beasiswanya apa enggak itu tergantung sama TOEFL IBT juga katanya.
Walah.
Dari sekarang, aku
punya waktu 1 bulan untuk mempersiapkan semuanya. Aku pun mulai mencari sources
yang berkaitan dengan tes ini. Aku mulai memenuhi memo di laptop ku dengan
jadwal latihan harian. Tapi, jadwal hanya
tinggal jadwal. Aku gak pernah punya waktu untuk matuhin jadwal tersebut.
Kelihatannya mungkin aku terlalu melebaykan praktikum ini, sedikit-sedikit yang
disalahkan praktikum. But, itu kenyataannya. Waktu sama tenaga ku habis untuk
buat laporan, untuk nunggu asisten. Aku boleh flashback
dulu lah ya ke beberapa waktu yang lalu, jadi ceritanya aku belum makan apapun
dari kemaren sore, dan aku ada sedikit waktu kosong jam 12 siang hari itu di
kampus, aku pun memutuskan untuk makan. Aku memesan makanan yang berkuah dan panas.
Saat makanan itu baru datang, partner praktikum ku langsung bilang: WIN, KE LAB
SEKARANG, ASISTEN KITA BILANG ASISTENSI SEKARANG. NANTI JAM 2 DIA GAK BISA.
Oh, meeeen, aku baru
mau nikmatin makanan pertamaku selama beberapa jam terakhir ini. Gak peduli,
aku lanjutin aja makan, pelan-pelan. Tapi partner ku ini nelpon-nelpon dan itu
bikin aku gak tenang. Jadilah aku makan buru-buru, itu kuah panas-panas aku telen.
Lidahku sampai mati rasa. 20 menit kemudian,
aku lari-lari dari dari kantin ke jurusan. Masih dengan lidah yang mati rasa. Dan kalian tahu,
sesampainya di depan lab, partnerku bilang: Kok lama kali, Win. Tadi asisten
kita bisa asistensi, sekarang udah gak bisa.
SIAL. SIAL. SIAL.
Ya, begitulah. Itu cuma contoh kecil dari ribuan hal-hal gak profesional antara praktikan dan
asisten. Siapa yang salah? Entahalah, aku cuma berharap, suatu hari nanti ada
kekuasaan dan kekuatan yang bisa merubah sistem yang sepertinya sudah mengakar
ini. Kenapa aku bilang
mengakar, karena sedikit sekali peluang bagi orang-orang yang masih murni hati
dan pikirannya, dan melamar jadi asisten, dan diterima, untuk mengubah sistem
di lab-lab itu. Kebanyakan orang-orang yang seperti itu akan terbawa arus, tergerus
pemikirannya, atau kalau masih kukuh dengan pendirian, ya jadi minoritas.